Cara ini terbukti efektif untuk murid jenjang SMP dan SMA.
Melalui aktivitas tersebut, murid lebih dapat memahami apa yang sedang dirasakannya. Guru juga bisa mengetahui kondisi sang murid, termasuk jika sedang mengalami permasalahan dengan teman atau keluarga.
“Seringkali perundung adalah murid yang mengalami masalah keluarga. Dengan mengetahui apa yang sedang dialami murid, guru bisa mencegah tindakan kekerasan yang bisa saja akan dilakukannya,” jelas aktivis yang pernah jadi guru SMA di Pekalongan ini.
Baca juga: 6 Beasiswa S1, S2, S3 ke Luar Negeri Tanpa LoA Unconditional
Rizqy juga menyampaikan pentingnya sekolah memberikan pembelajaran pada murid yang sesuai dengan isu sekitar.
“Gerakan melawan kekerasan ini bukan sesuatu yang parsial terpisah dari pembelajaran. Maka jika ingin ini terintegrasi dalam budaya, penting bagi sekolah memberikan pembelajaran pada murid yang sesuai isu sekitar,” terangnya.
Contohnya mendiskusikan isu kekerasan yang sedang viral ini bersama murid. Guru bisa mulai tanyakan, mengapa seseorang melakukan kekerasan serta apa yang mereka rasakan ketika mendengar berita tersebut.
Dari pertanyaan yang esensial, akan bisa mengalir diskusi yang bermakna.
“Ini yang juga yang sedang kami perjuangkan di Kampus Pemimpin Merdeka. Kami membantu sekolah-sekolah, bagaimana sih menerapkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Karena ini juga sesuai arahan Kemendikbud Ristek untuk sekolah-sekolah, pengembangan karakter mendapatkan porsi yang besar,” pungkas Rizqy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.