KOMPAS.com - Bagi beberapa orang, matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Kesulitan memahami matematika bisa menimbulkan stres, termasuk pada anak.
Sekolah BPK Penabur menjelaskan, kecemasan terhadap pelajaran matematika kerap disebut dengan fobia matematika atau mathematics anxiety.
Fobia matematika terjadi karena ketidakmampuan anak dalam mencerna pelajaran matematika yang diajarkan oleh guru.
Tidak hanya membuat anak kehilangan fokus pada masalah yang sedang dihadapi, kondisi ini dapat mengganggu anak pada saat ujian matematika, ia akan sangat gugup karena merasa tidak siap. Bahkan, anak bisa merasa tertekan bila mendengar kata matematika.
Baca juga: Jangan Dimarahi, Ada 7 Cara Efektif Hadapi Anak Sulit Diatur
Dalam jangka panjang, perasaan fobia ini bisa berdampak negatif pada kesehatan anak dan ia akan kehilangan keinginan untuk belajar matematika.
Berikut gejala fobia matematika pada anak:
Banyak faktor bisa menjadi pemicu fobia matematika pada anak.
Fobia ini bisa terjadi karena rasa khawatir, takut, dan tidak mampu menyelesaikan soal matematika dengan baik serta tidak mendapatkan nilai yang bagus.
Baca juga: Terkenal Disiplin, Begini Cara Orangtua Jepang Mendidik Anak
Selain itu, tekanan dari guru maupun orangtua juga sangat mempengaruhi persepsi anak tentang pelajaran matematika.
Misalnya, guru dan orangtua terus mengatakan kepada anak bahwa matematika adalah pelajaran sulit, namun sangat penting ketimbang pelajaran lain. Atau adanya tindakan keras dari guru dan orangtua bila anak tidak mengerti.
Tekanan dan pernyataan konstan tentang betapa penting dan sulitnya matematika inilah yang membawa dampak negatif pada pikiran bawah sadar anak.
Mitos bahwa matematika itu sulit pun jadi kenyataan di alam bawah sadarnya, hingga perlahan-lahan membuat anak mulai takut dan membenci matematika.
1. Beri waktu berpikir saat anak menjawab pertanyaan
Bagi anak yang tidak bisa menjawab secara cepat jika diberi pertanyaan terkait matematika, hal itu akan membuatnya malu dan semakin cemas. Pertanyaan langsung di depan orang lain sangatlah menyiksa dirinya.
Baca juga: 6 Tanda Anak Cerdas Secara Emosional dan Cara Mengoptimalkannya
Secara perlahan tanamkan sebuah pikiran pada anak bahwa matematika bukanlah ajang kompetisi. Melainkan sebuah konsep yang perlu ia pahami untuk memudahkan kegiatan sehari-hari.