Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alumnus UMM Kerja di RS Kuwait, Berharap Ilmu dan Pengalaman Bisa Diterapkan di Indonesia

Kompas.com - 10/01/2023, 09:49 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Bekerja bisa di mana saja. Hal itu yang diungkapkan salah satu alumnus Vokasi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Banat Farofihoh.

Menurut dia, anak mudah harus bersabar dalam meraih cita-cita. Maka tak heran jika dia kini bekerja di Royal Hayat Hospital, Kuwait.

Meski bekerja, lulusan D3 Keperawatan UMM ini tetap ingin mengasah ilmu dan pengalamannya di RS tersebut.

Sebenarnya motivasinya bukan bekerja tapi untuk belajar dan menambah pengalaman di manapun tempatnya. Baik itu kesempatan di dalam maupun luar negeri.

Baca juga: Dosen UMM Sebut Makanan yang Dibakar Sebabkan Kanker

"Harapannya ilmu yang didapat bisa diaplikasikan untuk membangun sistem kesehatan yang optimal di Indonesia," ujar Banat dikutip dari laman UMM, Senin (9/1/2023).

Berawal dari volunteer Covid-19

Ia menceritakan bahwa dirinya berangkat ke Kuwait pada Oktober 2022 lalu. Kini ia bertugas sebagai Practice License Nurse.

Yakni perawat di bagian home health, semacam homecare yang merawat pasien di rumah. Beberapa layanan yang diberikan yakni berupa baby care dan geriatric care.

Ternyata, Banat memulai karir awalnya sebagai salah satu volunteer Covid-19 pada program penanggulangan Pandemi hasil kerjasama Dinas Kesehatan Kota Batu dan RSU UMM pada 2021 silam.

Sembari mengabdikan diri di tengah wabah, Banat mendaftar pada program kerja internasional di Kuwait. Siapa sangka, akhir 2021 ia mendapat kabar baik tentang keberangkatannya.

Baca juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Mata dari Ners Unair

Di tempat dia mendaftar ini berfokus di bidang global, jadi pembagian pekerjaannya ada yang ke Jepang, Arab Saudi, Kuwait dan masih banyak lagi. Sedang kontrak kerjanya kurang lebih 2 tahun.

"Prosesnya cukup panjang tapi alhamdulillah pihak UMM selalu membantu dan mendukung niat saya. Mulai dari kemudahan mengurus administrasi hingga persiapan keberangkatan," terang Banat.

Banyak tantangan yang harus dihadapi

Meski demikian, di awal-awal dia menjalani pekerjaan, ia merasakan banyak culture shock. Terutama dari segi bahasa dan sistem kerja yang digunakan. Namun, kemudahan-kemudahan lain hadir untuk meringankan langkahnya.

Selain itu, untuk jam kerjanya di Kuwait 12 jam, sebanyak 17 hari dalam 1 bulan. Sedangkan di Indonesia hanya 8 jam kerja.

Di samping itu, rekan kerja yang berasal dari berbagai negara juga jadi tantangan tersendiri bagi Banat.

"Meski begitu, ada banyak kemudahan yang saya peroleh seperti fasilitas kendaraan dan tempat tinggal lengkap beserta furniturenya yang difasilitasi oleh rumah sakit. Penghasilan juga sangat cukup untuk kebutuhan sehari-hari, yakni berkisar 12-13 juta rupiah perbulan," tutur dia.

Hanya saja, tantangan lainnya yakni saat menghadapi keluarga pasien yang berbeda pendapat.

Baca juga: 8 Manfaat Alpukat untuk Bayi, Info Stikes Panti Kosala

Sebab, di sini keteguhan dan kesabarannya diuji untuk dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik mungkin.

"Biasanya pada bagian homecare suka struggle saat dealing dengan keluarga pasien, seperti memberi pemahaman kepada keluarga yang kadang memiliki standar kesehatan yang berbeda," tandas Banat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com