Dampak berat dari campak akan dirasakan oleh anak-anak yang belum sama sekali diimunisasi.
Anak-anak ini rentan mengalami komplikasi penyakit lain seperti pneumonia, radang otak, hingga gizi buruk.
Karena sangat penting, Kemenkes sendiri telah menetapkan jadwal imunisasi vaksin campak lengkap, yaitu pada usia 9 bulan, 18 bulan, serta ketika anak menginjak kelas 1 SD.
“Tidak ada istilah terlambat kalau untuk imunisasi itu. Bagi yang belum mendapatkan vaksin, segeralah divaksin. Diimunisasi saja, nanti akan diberikan jadwal ulangan,” kata Djatnika.
Baca juga: Tahun Ini, Mahasiswa Vokasi Bisa Ikut Program PMM 3
Gejala campak akan mengalami fase gejala awal, seperti demam tinggi, batuk pilek, hingga mata merah. Fase ini merupakan fase yang paling mudah menularkan.
Selain itu, penularan campak dilakukan tidak melalui sentuhan kulit, tetapi melalui percikan droplet di udara.
Untuk itu, Djatnika mendorong jika sudah menunjukkan gejala terkena campak, segeralah untuk berobat ke fasilitas kesehatan.
Anak yang terkena campak sebaiknya diam di rumah, sehingga tidak menularkan ke orang lain. Jika anak yang sakit sudah bisa menggunakan masker, maka sebaiknya menggunakan masker.
“Yang sehat juga perlu memakai masker, karena penularan campak melalui pernapasan,” jelasnya.
Pemerintah, juga perlu menghadapi KLB ini melalui menggiatkan surveilans epidemiologinya. Pemerintah harus dapat menemukan populasi penularan virus dengan tujuan untuk melindungi mereka yang sehat atau belum terkena.
Baca juga: 11 Tips Diet Sehat bagi Mahasiswa
“Ring immunization juga bisa dilakukan. Artinya daerah yang fokus penyakitnya dipagari dengan diberikan imunisasi massal di daerah sekelilingnya,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.