Kelainan lain yang menyebabkan serangan jantung ialah mengonsumsi obat-obatan melebihi dosis yang diresepkan, merokok, serta karena pola hidup tidak sehat.
Dedy mengatakan mereka yang memiliki penyakit jantung dan ingin memilih olahraga, harus melakukan medical check up dan melakukan pemeriksaan yang dilakukan dengan treadmill test sembari dipasangkan alat-alat.
Misalnya seperti Elektrokardiogram (EKG). Setelah itu akan muncul resep yang disingkat dengan FITT (Frequency, Intensity, Type, Time).
Frekuensi (frequency) ialah idealnya kita harus berolahraga berapa kali dalam seminggu. Intensitas (intensity) yang dimaksud ialah berapa target detak jantung yang harus dicapai pada saat berolahraga. Lalu, tipe (type) olahraga apa yang cocok dengan kondisi kita.
Semisal memiliki penyakit jantung, maka olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang agak aerobik untuk meningkatkan detak jantung.
Kemudian, waktu (time) ialah seberapa lama idealnya kita berolahraga. Olahraga dilakukan secara rutin, yang awalnya dilakukan sekitar 30 menit maka ditingkatkan lagi menjadi 40 menit.
Treadmill test ini untuk penilaian kemampuan awal. Hal ini berkelanjutan dan rutin sembari ditingkatkan pelan-pelan intensitasnya.
Dedy menyampaikan bahwa penyakit jantung tidak bisa diprediksi dan dapat terjadi dimana saja.
"Karenanya, masyarakat Indonesia harus bisa menguasai dan melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD), agar tidak bingung saat menghadapi orang yang tiba-tiba terkena serangan jantung,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.