Wiwiek, Perempuan yang Berhasil Benahi Karut-marutnya Jalan Tol Merak

Kompas.com - 30/06/2015, 17:02 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

KOMPAS.com — Berguru tentang kepemimpinan tak melulu harus dari sosok laki-laki. Sekarang, banyak perempuan yang mulai menjalani peran sebagai pemimpin. Salah satunya ialah Wiwiek D Santoso atau Wiwiek, President Director PT Marga Mandalasakti (MMS).

Ditemui di acara rutin Binus Business School, CEO Speaks, di Kampus JWC, Senayan, Kamis (25/6/2015), perempuan kelahiran Malang ini berdiri penuh percaya diri membagikan pengalamannya dalam memimpin perusahaan pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak, sektor yang biasanya didominasi kaum pria.

Pada 2008, setelah MMS beralih kepemilikan ke PT Astra International, Wiwiek diminta membenahi urusan finansial intenalnya. Ternyata, masalah di MMS lebih kompleks dari sekedar membenahi urusan "perduitan".

Saat itu, Tol Tengerang-Merak terkenal memiliki kualitas yang buruk. Bahkan, tol tersebut kerap dijuluki "tol abal-abal". Sekitar 80 persen kondisi jalannya rusak. Marka jalan tak lengkap. Penerangan malam hari pun sangat minim sehingga membahayakan pengendara.

Namun, meski merasa tertantang, Wiwiek sempat ragu. Dia telah "khatam" soal otomotif saat mengabdi selama 15 tahun di Astra. Namun, soal jalan tol, dia tidak tahu apa-apa.

Namun, atas dorongan almarhum Michael D Ruslim, CEO Astra saat itu, Wiwiek akhirnya mantap terjun secara total di MMS. Ia mulai belajar dari nol.

"Saat itu, saya memilih masuk sendirian. Kenapa, karena saya tidak mau masuk ke MMS sebagai ancaman, tapi ingin bekerja bersama-sama menjadi tim. Sekarang saya jadi orang MMS, bukan orang Astra," ujarnya.

KOMPAS/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO Antrean truk di tol Merak-Jakarta di wilayah Kota Cilegon, Banten, Jumat (25/5/2012).

Berkomunikasi

Menurut Wiwiek, seorang pemimpin harus pandai berkomunikasi dengan semua kalangan, dengan staf, pimpinan, dan rekan sejawat.

Tak perlu berpikir keras untuk mencapai mufakat. Paling tidak orang mengerti tujuan keputusan diambil.

Wiwiek mengutip ucapan Nelson Mandela, "Jika Anda bicara kepada seseorang menggunakan bahasa yang ia pahami, pembicaraan itu hanya akan masuk ke nalarnya. Namun, jika Anda berbicara menggunakan bahasanya, pembicaraan itu akan meresap dalam hati."

Menurut Wiwiek, salah satu karakter seorang pemimpin adalah berani mengambil keputusan. Saat perekonomian lesu, perusahaan-perusahaan berbondong-bondong melakukan pengurangan biaya.

Namun, Wiwiek mengaku tak ikut-ikutan. Bagi dia, pengurangan biaya hanya obat instan, tak mampu membenahi inti permasalahan.

"Yang harus dilakukan adalah bagaimana melakukan efisiensi optimal. Jangan sampai ketika ekonomi bagus malah hura-hura lagi," ujarnya.

Dalam membuat rancangan bisnis dan pengambilan keputusan-keputusan strategis, Wiwiek selalu memperhatikan proses pelaksanaan. Tidak semua asumsi yang dibuat dalam rancangan itu benar-benar terjadi. Karena itu, perlu ada pengawasan dan kontrol atau problem identification corrective action (PICA).

Halaman Berikutnya
Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau