KOMPAS.com - Merayakan hari Anak Nasional (HAN), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud dan program kemitraan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) kembali menggelar forum diskusi Temu INOVASI di Gedung Kemendikbud, Jakarta (26/7/2018).
Dengan tema “Mendorong Minat Baca Anak Indonesia”, forum ini menghadirkan guru dan tenaga kependidikan dari Kalimantan Utara, perwakilan pemerintah daerah serta Bunda Baca Provinsi Kalimantan Utara.
Balitbang Kemendikbud dan program kemitraan INOVASI menyerukan pentingnya mendorong budaya membaca anak.
1. Inovasi berfokus pada sumber daya
Dalam sambutannya, Kepala Balitbang Kemendikbud Totok Suprayitno menyampaikan perlunya inovasi yang menitikberatkan pada pengembangan sumber daya manusia.
"Kalau inovasi hanya dilakukan pada sarana, benda, saat yang memberikan sarana itu pergi maka inovasi tidak akan berkembang, berhenti atau bahkan hilang nantinya," jelas Toto.
Toto menambahkan, kunci inovasi pembelajaran terletak pada guru. "Sekolah berkualitas itu terlihat dari gurunya, bukan gedung atau fasiltas," lanjutnya.
Guru perlu diberdayakan agar nantinya mampu menciptakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran terhadap siswa.
Baca juga: Penting Literasi Media untuk Orangtua Generasi-Milenial
Senada dengan hal itu, Mark Heyward Direktur Program INOVASI yang merupakan program kemitraan dengan pemerintah Australia menyampaikan fokus utama INOVASI adalah pada pemberdayaan pendidikan dasar terutama dalam pengembangan kemampuan dasar, salah satunya membaca.
"Saat ini INOVASI telah membangun 15 program rintisan di 17 kabupaten di Indonesia untuk meningkatkan literasi membaca anak Indonesia, khususnya di pendidikan dasar," ujar Mark.
2. Masalah mendasar literasi anak Indonesia
Budaya membaca dan literasi masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Tingkat keterampilan membaca anak-anak Indonesia, terutama untuk kategori kelas awal yakni kelas 1-3 sekolah dasar masih rendah.
Berdasarkan hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) Puspendik Kemendikbud tahun 2016, 46.83% pelajar kelas 4 SD tergolong kurang mampu membaca.
Khusus di Kalimantan Utara (Kaltara), hasil AKSI menemukan bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca siswa kelas 4 SD berada dua poin di bawah nilai rata-rata nasional.
Melalui kegiatan Rapid Participatory Situation Analysis (RPSA), INOVASI menemukan masalah utama dalam meningkatkan keterampilan membaca anak adalah tidak tersedianya buku bacaan menarik.