KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu media sosial sempat dihebohkan polemik soal budaya pengguna MRT (Moda Raya Terpadu) yang belum teredukasi dalam memanfaatkan fasilitas transportasi baru ini.
Buang sampah sembarangan, menggelar makan minum sampai menginjak-injak kursi menjadi bahan "nyinyir" dan sindiran yang sempat ramai mewarnai perdebatan di media sosial.
Berbagai argumen dan pembelaan muncul, mulai dari anggapan kurang tersedia fasilitas kebersihan hingga belum siapnya masyarakat dalam memasuki budaya modern dalam menggunakan MRT.
Di tengah perdebatan tersebut, 5 siswi kelas 9 SMP Santa Ursula (Sanur) Jakarta Patricia, Angie, Andrea, Wynnona, dan Brigidta tergerak melakukan aksi nyata membersihkan sampah-sampah yang masih berserakan di dalam moda transportasi tersebut pada 30 Maret 2019.
"Itu bukan dari sekolah, itu murni atas inisiatif spontan mereka. Hari itu mereka jalani Penilaian Akhir Semester (UAS) kelas 9, di hari terakhir, terus mereka berlima ingin naik MRT. Nah, mungkin melihat sampah yang berserakan, mereka tergerak hatinya," ujar Bambang Purwita, Kepala SMP Sanur Jakarta.
Hal ini dibenarkan Angie, salah satu siswa Sanur yang melakukan kegiatan ini.
Baca juga: Alumni LPDP Ajak Siswa Berani Bermimpi Besar dan Menjaga Lingkungan
"Jadi awalnya tuh memang kita naik mau MRT cuma untuk nyobain dan sekalian refreshing karena kita baru saja selesai ulangan umum. Sebenarnya kita sudah lihat sih keadaan MRT yang kotor dari foto-foto yang beredar di social media, tapi banyak juga orang-orang yang bilang kalau MRT sudah bersih," cerita Angie.
Akhirnya mereka memutuskan naik MRT dan merasa prihatin melihat kondisi yang ada.
Ia menyayangkan masih adanya sikap kurang menghargai keberadaan fasilitas pemerintah yang sangat bagus ini.
"Pas sampai di situ, kita sedikit kaget melihat kondisi stasiun MRT yang tidak sesuai sama ekspektasi kita, kotor banget. Parahnya, semua orang seperti tidak peduli gitu sama sampah-sampah yang berserakan," lanjutnya.
Kelima siswi SMP Sanur ini akhirnya memutuskan untuk membersihkan sampah yang masih ditemukan sepanjang stasiun dari Lebak Bulus hingga Thamrin.
Tindakan ini tidak berhenti sampai di situ, mereka juga mengumpulkan sampah-sampah yang masih berserakan sepanjang trotoar Jalan Thamrin.
"Kita memungut sampah di beberapa tempat. Kalau di Lebak Bulus kebanyakan tisu dan bungkus makanan. Kalau di sepanjang trotoar Thamrin itu bungkus makanan dan minuman. Yang di Thamrin parah, sampahnya banyak banget. Kalau di Sarinah itu kebanyakan botol bekas dan tisu," kata Angie.
"Ada juga minuman dan es krim yang masih ada isinya dibuang ke tanaman. Sedih sih lihatnya," lanjutnya.
Tidak merasa jijik membersihkan sampah dan sisa orang lain? "Sebenarnya agak geli sih, tapi setelah itu kita langsung beli tisu basah dan sanitizer," ujarnya.