KOMPAS.com - Ada banyak hal dapat memicu orangtua memarahi anak; tidak mematuhi nasehat atau peraturan orangtua, anak yang membuat ulah merusakkan atau mengacaukan sesuatu.
Namun tidak jarang, orangtua juga harus menghadapi kondisi yang bisa membangkitkan emosi, bisa karena lelah pulang kerja, atau lelah dengan pekerjaan rumah tangga.
Tanpa disadari tak jarang orangtua melimpahkan amarah kepada anak lantaran tekanan beban kehidupan tersebut.
Maka, kurang bijaksana jika orangtua begitu saja menumpahkan amarah kepada anak.
Anak membutuhkan kasih sayang, kelembutan, dan stimulasi positif untuk pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikisnya.
Maka, orangtua yang bijak hendaknya memahami hal ini, sehingga tidak begitu saja melampiaskan rasa marah kepada anak. Sikap atau ucapan keras ataupun kasar sangat tidak layak dilontarkan kepada anak.
Baca juga: 5 Langkah Pola Asuh Mendampingi Remaja
Dirangkum dari laman Ruang Guru PAUD Kemendikbus, berikut 7 hal harus dicermati orangtua ketika menasehati anak:
Saat rasa amarah mulai timbul, orangtua harus pandai-pandai mengatur emosi. Orangtua harus bersabar agar tidak terlontar ucapan atau sikap yang negatif.
Cara yang bisa dilakukan misalnya menarik nafas panjang, beristighfar, mengambil posisi duduk atau bersikap diam tanpa berkata-kata untuk sesaat.
Contohnya, "Sudah Mama bilang, sekarang harus makan! Biar saja, kalau nggak mau makan, biar diare sekalian!" (Salah). "Ayo kita makan Dek, supaya nggak masuk angin. Kalau masuk angin, perut bisa sakit, nanti nggak bisa main lho." (Benar)
"Makanya, jangan manjat-manjat pohon. Sekarang tahu sendiri rasanya kan?! Benjol deh, kepala Kakak!" (Salah). "Pohon itu licin, Kak.. makanya Mama bilang, mainnya di bawah pohon saja. Kalau jatuh begini nggak enak kan. Yuk, kita obati kepalanya. Lain kali nggak diulang lagi ya" (Benar)
Misalnya, "Kakak mainnya di dalam rumah saja ya, karena di luar sedang hujan. Kalau hujan-hujanan nanti Kakak bisa sakit. Kalau sakit, besok hari Minggu nggak bisa jalan-jalan lho..", atau "Kakak, kalau main air di dalam rumah nanti lantainya jadi licin. Kalau licin, nanti Kakak bisa terpeleset. Ayo, main airnya di luar saja ya.."
Contohnya, "Kok enak saja langsung makan. Mau sakit perut ya?!" (Salah). "Dedek, sebelum makan harus cuci tangan dulu ya, supaya tidak sakit perut." (benar).
"Aduh, berserakan semua mainannya!" (Salah). "Dedek, kalau sudah selesai main, mainannya disimpan di kotak mainan, seperti ini... Bukan diserakkan di lantai ya." (Benar)
Baca juga: Mengenal Pola Asuh Milenial: Drone Parenting
Ganti kata "jangan" dengan kalimat yang menunjukkan maksud orang tua. Misalnya: jangan merengek! Coba bicara yang jelas, ya. Jangan teriak-teriak! Coba bicaranya yang pelan. Jangan lari-lari! Ayo, jalan saja, ya.