KOMPAS.com- Penyatuan beragam identitas kebudayaan tak mesti menghilangkan ciri khas satu budaya. Inilah yang ditampilkan dalam pameran seni rupa bertajuk “Integrasi”.
Pameran seni rupa yang berlangsung di Bentara Budaya pada 10-15 Januari 2020 pukul 10.00-18.00 WIB itu akan mempertemukan para seniman dan menampilkan karya-karya dengan latar budaya berbeda.
Dalam kebudayaan, integrasi dimaknai sebagai proses penyatuan berbagai macam identitas kebudayaan tanpa harus menghilangkan ciri dari budaya tersebut. Kata Integrasi ini dianggap tepat untuk menggambarkan seniman-seniman yang karyanya mewarnai pameran seni rupa kali ini.
Tak hanya suka cita akan keberagaman budaya yang dipamerkan. Pameran seni rupa Integrasi juga memberi “ruang” bagi seniman untuk berproses dan menampilkan karya dalam jangka waktu tertentu di suatu tempat.
“Ruang” itu bernama residensi Internasional yang saat ini ukup populer di sejumlah negara. Dijalankan sebagai upaya membangkitkan pengertian dan toleransi antar budaya yang berbeda.
Baca juga: Pameran Seni Birokrasi Dosen IKJ: Kami Masih Seniman!
“Karya-karya seniman ini acap kali menjadi representasi dari identitas kebangsaan bahkan advokasi terhadap situasi intoleran yang banyak dialami oleh kelompok minoritas,” tulis rilis Pameran Seni Rupa “Integrasi” yang diterima Kompas.com, Kamis (9/1/2020).
Karya dari Daniel Kho misalnya, seniman yang saat ini tinggal di Bali dan acap kali menetap di Jerman dan Spanyol, akan mengingatkan para penikmat seni akan figur totern atau mitologis dalam balutan warna pop.
Sedangkan Ito Joyoatmojo atau akrab disapa Ito, memilih untuk menampilkan gambar-gambar makanan dalam karyanya.
Lain cerita dengan Yudi Noor. Seniman Indonesia yang tinggal di Jerman menyajikan konfigurasi elektik benda-benda dan imaji untuk membangun narasi g dengan identitas dan problem integrasi.
Masih bicara soal problem integrasi, Andri Andriyani mencoba mengetengahkan problema identitas sebagai imigran Jawa dalam foto berbentuk instalatif.