KOMPAS.com - Gempa bumi kerap kali terjadi di Indonesia. Belum lama ini terjadi di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat.
Menurut Kelompok Keahlian Geologi Terapan ITB Astyke Pamumpuni, gempa bumi memiliki jalur gempa.
Adapun jalur gempa itu memiliki pola yang dapat terlihat.
Baca juga: ITB Rekrut 4.620 Mahasiswa Lewat Jalur 3 Seleksi
Namun, kata dia, sayangnya untuk Indonesia sendiri pola itu tertutup. Karena di Indonesia sangat sering terjadi gempa.
Artinya bahwa distribusi gempa di Indonesia sangat banyak.
"Hal itu didukung oleh lokasi geografis Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng besar dunia dan berada pada daerah tektonik yang aktif," ucap dia melansir laman ITB, Senin (8/2/2021).
Pria yang akrab disapa Tiko ini menjelaskan, secara umum generator dari gempa bumi adalah adanya sesar dan subduksi.
Dia mengaku, sesar adalah bidang diskontinuitas pada batuan yang menyebabkan terjadinya pergeseran batuan.
Semakin besar bidang pergeseran batuan maka semakin besar pula magnitudo gempa.
Sedangkan subduksi adalah terjadinya perbenturan zona bumi.
Baca juga: Unesa Siapkan Beasiswa dan UKT Bagi Korban Gempa Mamuju dan Majene
"Pada subduksi, semakin menunjam maka semakin besar besar pula magnitudo gempanya," ungkap dia.
Dia menyebutkan, untuk mengukur potensi gempa bumi, biasanya digunakan beberapa parameter seperti surface rupture, epicenter, dan hypocenter/focus.
Focus/hypocenter adalah titik di dalam bumi yang menjadi pusat dari gempa bumi.
Secara umum, bilang dia, gempa bumi terjadi pada sesar yang memiliki kedalaman 10-15 km.
Jadi, jika sesar memiliki kedalaman sekitar 100 m, sesar tersebut tidak memiliki potensi gempa bumi