Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khofifah Apresiasi Program Vaksinasi Covid-19 Lantatur UM Surabaya

Kompas.com - 17/09/2021, 09:49 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah Indonesia. Sejumlah perguruan tinggi pun bergotong-royong mempercepat program vaksinasi tersebut.

Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) melakukan kegiatan vaksinasi Covid-19 dengan cara berbeda.

UM Surabaya melakukan dengan sistem Layanan Tanpa Turun (Lantatur) atau populer disebut drive thru.

Kegiatan vaksinasi UM Surabaya ini juga diapresiasi Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.

Baca juga: Intip 3 Universitas Termegah Dunia

Vaksinasi Covid-19 Lantatur ala UM Surabaya

Menurut Khofifah, vaksinasi komunitas berbasis Lantatur ini bisa dijadikan role model oleh komunitas lain dengan memanfaatkan transformasi digital.

Segala macam keperluan administratif vaksinasi ditopang dengan teknologi. Sehingga lebih cepat, tidak berkerumun dan efesien.

"Apa yang dilakukan UMSurabaya ini bisa menjadi contoh komunitas lain. Pemprov akan selalu mendukung model-model inovasi tersebut," kata Khofifah seperti dikutip dari laman UM Surabaya, Kamis (16/9/2021).

Khofifah menekankan, pentahelix approach antara government dan kampus sangat penting. Peran dari kampus menjadi sangat penting untuk percepatan agar Covid-19 melandai. Data terbaru menyebutkan bahwa di Jawa Timur positif rate di angka 1,85.

Baca juga: Saran Pakar UGM dalam Hadapi Bencana Hujan Deras dan Angin Kencang

Percepatan vaksinasi Covid-19

Sementara itu Rektor UM Surabaya Sukadiono mengungkapkan, kegiatan vaksinasi ini merupakan komitmen kampus membantu upaya pemerintah dalam percepatan program cakupan vaksinasi.

Dengan semakin banyak rakyat Indonesia yang mendapat vaksin mempercepat tercapainya kekebalan komunitas.

"Secara institusi, kami telah mewajibkan semua civitas kampus untuk vaksin. Karena setiap orang yang masuk kampus, wajib menunjukkan kartu vaksin mereka" beber Sukadiono.

Sukadiono menyampaikan, target vaksinasi pada tahap pertama yang dilaksanakan pada 15-16 September sebanyak 2.000 dosis jenis vaksin AstraZeneca.

Sedangkan tahap kedua yang dilaksanakan tanggal 20-24 September targetnya sebanyak 5.000 dosis dengan jenis vaksin Sinovac.

Baca juga: Rekomendasi 3 Sekolah Kedinasan bagi Siswa IPS

Terapkan analisis risiko

Ketua pelaksana acara vaksinasi massal Yuanita Wulandari menjelaskan proses vaksinasi yang dilakukan UM Surabaya disiapkan dengan analis risiko dan protokol kesehatan yang detal dan ketat.

"Sebisa mungkin pelaksanaan vaksinasi menerapkan manajemen risiko yang terukur dan protokol kesehatan ketat. Sehingga tidak ada kluster Covid-19 vaksinasi atau risiko berbahaya lain" tandas Yuanita

Yuanita mengungkapkan, peserta vaksinasi harus mendaftar di e-vaksin yang tersedia di website. Kemudian bisa mengisi biodata dan mengisi skrining online.

Baca juga: Cermati 5 Hal Ini Jika Ingin Kuliah di Singapura

Peserta kemudian mendownload persetujuan vaksin, dan peserta diwajibkan mendaftarkan diri di aplikasi peduli lindungi. Peserta yang sudah terdaftar akan mendapatkan barcode.

"Di lapangan petugas hanya mengecek kelengkapan pendaftaran peserta dengan cara cek barcode peserta. Lalu dilakukan pemeriksaan suhu dan tekanan darah, jika sudah memenuhi maka vaksin dapat berikan. Proses ini cepat tidak perlu antri sehingga meminimalisir kerumunan," tutup Yuanita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com