Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prof Harjanto Prabowo: Tidak Semua yang di Inggris Kenal Kita...

Kompas.com - 30/03/2010, 12:59 WIB

Kedua, kerja sama riset. Kita sadar, kemampuan kita belum sebagus mereka (Inggris dan negara-negara di Eropa dan negara lainnya). Kita sudah cukup lama kuat di sektor teaching. Untuk itu, kita mau undang profesor-profesor mereka untuk memperkuat riset metodologi pada obyek-obyek lokal kita. Dari situ profesor kita dapat untung, yaitu topik-topik riset yang sifatnya aplikatif sebab riset di Binus itu kan riset aplikasi.

Ketiga, aktivitas kolaborasi. Kita harus mendapatkan grant atau funding bersama, baik itu dari industri maupun pemerintah. Kita memulainya dari industri dulu, termasuk industri yang dari luar negeri.

Bagaimana dengan kesiapan Binus sendiri menghadapi konsep internasionalisasi yang sedang ditiupkan oleh Inggris ini?

Buat saya konsep internasionalisasi ini jelas bahwa 20 persen mahasiswa saya harus punya pengalaman internasional karena, untuk study abroad, bukan cuma masalah biaya, melainkan juga kemampuan atau kualitas mahasiswanya. Mereka yang punya indeks prestasi di atas 3,5 itu cuma 30 persen. Nah, dari yang 30 persen itu, bahasa Inggrisnya dilihat dulu. Dari jumlah 30 persen itu pun bisa berkurang lagi hanya karena persoalan bahasa. Ini yang telah kami persiapkan selama ini.

Selama ini, apakah pelaksanaan konsep internasionalisasi di Binus melalui visi dan misi World Class University (WCU) sudah bisa dijadikan pengalaman?

Kita selalu katakan bahwa pemahaman internasionalisasi kita itu adalah bagaimana membuat perguruan tinggi kita dikenal di dunia dan lulusannya bisa masuk dengan mudah ke arena persaingan global. Untuk itu, kita punya kelas internasional, dan programnya jelas, baik itu 2+2 atau 3+1 dengan beberapa perguruan tinggi luar negeri.

Artinya, mau tak mau, program ini sudah diciptakan sedemikian rupa untuk lepas landas ke konsep internasionalisasi. Dosen-dosennya, misalnya, harus mengajar dalam bahasa Inggris, kurikulum kami juga diawasi luar negeri, dan secara serius study abroad yang 20 persen di Binus sudah terlaksana sejak 2009. Untuk di kelas internasional saja kita sudah punya kurikulum internasional, yang semua materinya diberikan dalam bahasa Inggris dan menggunakan dua kurikulum.

Menurut Anda, kenapa program reguler (sarjana S-1) itu penting dilakukan dengan konsep internasionalisasi ini?

Begini, hemat saya, dengan 20 persen itu saja, anak-anak bisa masuk ke dunia global. Konsep WCU itu ukuran obyektifnya adalah bagaimana lulusan graduate bisa masuk ke kancah global employability. Dia bisa bekerja di dunia global, lintas negara, dan perusahaan-perusahaan multinasional. Hanya, kita sadar, berapa persen pelajar kita bisa diarahkan ke situ? Saya sadar, kami di Binus menargetkan 1 dari 3 lulusan harus bisa mencapai target itu.

Jadi, pada kerja sama ini Binus akan fokus sekali ke graduate, ya?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com