Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menulis, Satu-satunya Cara agar Tetap Waras

Kompas.com - 25/01/2011, 04:41 WIB

(Martha Pratana, xxxx@gmail.com)

Akun @fiksimini adalah komunitas membaca/menulis sastra yang dimulai di Twitter. Saya terlibat di komunitas ini pada suatu malam di bulan Maret 2010, seratus persen dibimbing oleh takdir. Takdir saya seperti takdir seekor hiu yang selalu tergoda dengan setetes darah. ”Darah” yang saya maksud di sini adalah dunia literatur dengan segala kemasannya yang aduhai.

Bagaimana cara seorang Clara Ng mendapatkan atau menciptakan ide kreatif dalam menulis cerita? Saya rasa kalau novel The (Un)Reality Show atau Jampi-jampi Varaiya diangkat ke layar lebar akan menarik. Sukses terus, juga buat Twitter @fiksimini-nya!

(Fandy Novriandy, xxxx@gmail.com)

Atas nama komunitas @fiksimini, saya berterima kasih! Ide- ide kreatif sebenarnya hanya sekadar ide biasa apabila tidak dikembangkan menjadi cerita. Tidak ada pengarang satu pun yang mampu menghasilkan karya tanpa bekerja keras. Semakin giat menulis, maka semakin piawai pula menemukan ide-ide kreatif. Oleh karena itu, rajin-rajinlah menulis dan menajamkan mata batin. Semoga pembuat film membaca suratmu dan mengangkat The (Un)Reality Show dan Jampi-jampi Varaiya ke layar lebar. Salam, sukses juga buatmu!

Hai Clara! Novel pertama kamu terbit setelah kamu pulang kuliah dari AS. Apakah lingkungan AS dan pendidikan di sana relatif memengaruhi kreativitas dan semakin membuat kamu lebih percaya diri menjadi penulis?

(Tonnio Irnawan, Jakarta Timur)

Saya menerbitkan novel pertama kali karena saya memiliki waktu luang yang (lebih) leluasa untuk menulis prosa panjang di Indonesia. Untuk menjadi penulis, rasa percaya diri saya tidak didongkrak dari pengalaman hidup di AS. Walaupun kehidupan kampus di Amerika memperkaya batin dan wawasan, saya memasuki dunia fiksi Indonesia dari nol. Saya menjadi penulis yang semakin percaya diri dan bersyukur sebab dalam proses kepengarangan saya, saya berhasil menghasilkan cerita yang (semakin) menarik dan menata kata-kata dengan (semakin) elok. Sejujurnya, saya masih butuh asupan rasa percaya diri yang lebih banyak, apalagi jika melihat karya-karya teman-teman penulis lain yang menggelegar.

Teteh Clara, apa pendapat Teteh mengenai fanfiction? Apa sumbangan/keburukannya pada dunia tulis-menulis kita? Hatur nuhun!

(Ambu Dian, Bandung)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com