Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cagar Budaya yang Terancam di Tepian Batanghari

Kompas.com - 20/03/2012, 19:45 WIB

Oleh Nurul Fahmy
 
Jangan belok ke mudik. Terus saja ke depan, ujar perempuan paruh baya yang baru pulang dari ladangnya dua pekan silam.

Perempuan yang menggendong seikat kayu bakar itu adalah warga Kecamatan Danau Teluk, daerah paling barat Kota Jambi yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Batanghari. Ia menyebutkan arah jalan ke kawasan Candi Muarojambi.

Masuk ke kawasan candi melalui jalur lama dari Jembatan Aur Duri memang membingungkan. Jalannya rusak, jauh dan berkelok-kelok. Penunjuk jalan satu-satunya hanya terdapat di simpang jalan masuk di gerbang perbatasan antara kota dan Kabupaten Muarojambi berupa plang besi yang nyaris tak terbaca lagi sebab berkarat.

"Jalur ini tidak layak direkomendasikan lagi kepada wisatawan atau siapa saja yang akan berkunjung ke candi,"  kata Gus Tf Sakai, gusar. Sastrawan Indonesia kenamaan asal Sumatra Barat ini siang itu ingin melancong ke percandian.

Kegusaran Gus sangat beralasan. Ia akan menuju suatu objek peninggalan masa silam yang sangat besar dan berharga bagi kebudayaan dan ilmu pengetahuan, tapi infrastruktur (akses jalan) ke sana sangat seadanya, dan terkesan terabaikan.

Sebetulnya ada jalur baru yang relatif lebih mudah, dekat dan aman menuju ke sana. Jalur itu melalui Jembatan Batanghari II. Tapi pelancong yang ingin melalui jalur ini harus berkeliling ke arah timur Kota Jambi di kawasan Sijenjang, Kecamatan Jambi Timur. Jalan itu menghubungkan Kota Jambi, Kabupaten Muarojambi dan terus menuju ke Muarasabak, Ibukota Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Di antara itulah lokasi candi terletak. Dari titik itu hanya butuh waktu sepenghisapan rokok saja sampai ke candi.

Namun selain jalur darat, masih ada satu jalur sungai menuju ke sana, dengan menyusuri Batanghari. Perjalanan melalui jalur sungai lazim dimulai dari kawasan Tanggo Rajo (Ancol), Kelurahan Kasang, Jambi Timur. Pengunjung dapat menumpang perahu cepat yang menuju ke sana. Tapi sekali lagi pelancong harus sedikit kecewa, sebab mereka musti merogoh kocek lebih dalam untuk menyewa perahu cepat itu. Tidak semua tukang perahu yang mau mengantar ke sana jika bayarannya tidak sesuai. Negosiasi alot musti pula dilakukan untuk mendapatkan harga yang pas.

"Jarang orang ke sana naik perahu. Makanya harga sewa perahu jadi tinggi," kata Mamat, tukang perahu di Kawasan Tanggo Rajo, pekan lalu.

Tak heran, perahu cepat yang berada di tempat tersebut kini didominasi oleh angkutan sungai menuju daerah-daerah jauh di ilir Batanghari, seperti Suak Kandis, Puding atau Nipah Panjang.

Dari Ancol, perahu akan berhenti di Desa Muarojambi. Di sana terdapat sebuah dermaga dan perhentian berbentuk rumah adat Jambi, dengan ukiran-ukiran khasnya. Namun tampaknya, dermaga tersebut tidak terurus. Cat pada dindingnya sudah kusam dan penuh dengan coretan cat dan spidol.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com