Tjilik Riwut, dari Legenda Kalimantan sampai Wacana Pindah Ibu Kota

Kompas.com - 09/08/2017, 05:03 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


TJILIK
Riwut adalah nama bandara di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Nama yang sama dipakai untuk jalan terpanjang di Kalimantan Tengah—lebih dari 200 kilometer—dan sejumlah situs penting di sana.

Nama ini berasal dari sosok gubernur pertama Kalimantan Tengah, yang menjabat pada periode 1959-1967. Dari berbagai dokumentasi yang masih bisa ditemukan, Tjilik bukanlah gubernur biasa.

Ada sejumlah kisah terkait Tjilik yang menjadi semacam legenda sendiri, selain ketokohannya yang juga melegenda. Wacana lama yang berkali-kali mencuat lagi soal wacana pemindahan Ibu Kota Indonesia dari Jakarta ke Palangkaraya pun punya kaitan erat dengan sosok ini.

Pahlawan nasional asli Dayak

Pada 1998, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan Tjilik menjadi pahlawan nasional, berdasarkan SK Presiden No. 107/TK/1998 tertanggal 6 November 1998. Kiprahnya berarti besar bagi Kalimantan dan warganya, juga bagi seluruh Indonesia.

Merujuk situs web Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Tjilik yang lahir di Kasongan, Kalimantan Tengah, ini adalah pendiri Organisasi Pakat Dayak di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada 1938. Dia adalah putra Dayak, tepatnya Dayak Ngaju.

(Baca juga: Mengurai Kenangan di Tjilik Riwut)

Pakat Dayak disebut memiliki tujuan utama mengangkat derajat Suku Dayak, baik dari ketertinggalan di bidang politik, sosial, ekonomi, maupun budaya, sekaligus mempersatukan masyarakat Suku Dayak.

Pada 1946, Tjilik dipercaya mewakili 142 Suku Dayak untuk menyatakan sumpah setia mendukung Pemerintah Republik Indonesia. Berlangsung di Gedung Agung di Yogyakarta, sumpah setia dilakukan dengan gelaran upacara adat leluhur Suku Dayak.

Tjilik juga meninggalkan sejumlah jejak sejarah di kemiliteran. Operasi penerjunan pasukan payung di Desa Sarabi di Kalimantan Tengah yang dia pimpin pada 17 Oktober 1947, misalnya, belakangan ditetapkan sebagai Hari Pasukan Khas TNI Angkatan Udara.

Tjilik dan kelahiran Provinsi Kalimantan Tengah

Sebagai orang pertama yang menjabat Gubernur Kalimantan Tengah, Tjilik adalah salah satu tokoh perintis dan pelopor pembangunan Kota Palangkaraya, dari sebelumnya kawasan hutan lebat. Nama kota ini memiliki arti “tempat yang suci dan besar”.

Peta Kalimantan Tengah dengan ibu kota di PalangkarayaDok Kompas Peta Kalimantan Tengah dengan ibu kota di Palangkaraya

Sebelumnya, wilayah yang kemudian hari menjadi Kalimantan Tengah merupakan bagian dari Kalimantan Selatan. Kelahiran provinsi Kalimantan Tengah mendapatkan payung hukum UU Darurat Nomor 10 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah.

(Baca juga: Penerbangan Belum Pulih, Calon Penumpang "Nginap" di Bandara Tjilik Riwut)

Dalam UU Darurat itu disebutkan bahwa Kabupaten Barito, Kapuas, dan Kotawaringin dipisahkan dari Kalimantan Selatan lalu menjadi bagian wilayah Kalimantan Tengah. Pahandut menjadi ibu kotanya. 

Kota Palangkaraya merupakan kota yang benar-benar baru, wilayah yang dibuka dari hutan lebat, yang sebelumnya masuk wilayah Pahandut tersebut.

Pencanangan tiang pertama pembangunan Kota Palangkaraya dilakukan Presiden Soekarno pada 17 Juli 1957, ditandai peresmian Tugu Ibu Kota Kalimantan Tengah di Pahandut di dekat aliran Sungai Kahayan.

Lalu, Undang-undang Nomor 21 Tahun 1958, menegaskan keberadaan Kota Palangkaraya. Realisasi pewujudan kota inilah yang berlangsung pada masa Tjilik menjadi Gubernur Kalimantan Tengah.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau