Tjilik Riwut, dari Legenda Kalimantan sampai Wacana Pindah Ibu Kota

Kompas.com - 09/08/2017, 05:03 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor Des. 52/12/2-206 tertanggal 22  Desember 1959 menandai pemindahan tempat dan kedudukan Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dari Banjarmasin ke Palangkaraya terhitung sejak 20  Desember 1959. Ini bersamaan dengan penunjukan Tjilik sebagai gubernur.

Anak kunci dari 170 gram emas

Sejak itu, Kecamatan Kahayan Tengah yang berkedudukan di Pahandut secara bertahap mengalami perubahan dengan mendapat tambahan tugas dan fungsinya. Antara lain, mempersiapkan Kotapraja Palangkaraya.

Perlahan, Ibu Kota Kalimantan Tengah yang  semula adalah Pahandut diganti menjadi Palangkaraya. Proses pembangunan kota dari semula hutan lebat tersebut rampung pada medio 1965.

Peresmian kehadiran Kota Palangkaraya ditandai dengan upacara besar di Lapangan Bukin Ngalangkang, pada 17 Juni 1965. Upacara diawali dengan demonstrasi terjun payung membawa lambang kota. Penerjunan melibatkan para penerjun yang ikut terjun pada 17 Oktober 1947.

Dalam upacara inilah diserahkan anak kunci Kota Palangkaraya, berbahan emas seberat 170 gram, kepada Presiden Republik Indonesia melalui Menteri Dalam Negeri. Tjilik menjadi salah satu yang menyerahkan kunci tersebut.

Meski begitu, ulang tahun Kota Palangkaraya tetap merujuk pada tanggal peresmian Tugu Palangkaraya oleh Soekarno, yaitu 17 Juli. Tugu tersebut sekarang dikenal sebagai Tugu Soekarno dan kerap dikaitkan dengan wacana lama pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke sana.

Adapun jejak Tjilik di kota itu diabadikan juga untuk antara lain nama pangkalan udara, bandara, jalan, dan nama Detasemen TNI AU di Palangkaraya.

Wacana pemindahan ibu kota

Roeslan Abdoelgani, yang antara lain pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Nasional, bertutur bahwa Tjilik-lah orang yang pertama kali mengajukan wacana pemindahan Ibu Kota Indonesia dari Jakarta ke Palangkaraya.

Dalam sebuah video dokumenter keluarga—antara lain dibagikan netizen dalam link ini—, Roeslan mengatakan, Tjilik mengajukan wacana tersebut melalui Dewan Nasional. Alasan yang diusung Tjilik bukanlah karena dia orang asal Kalimantan.

(Baca juga: Timbul Tenggelamnya Wacana Pindah Ibu Kota)

Argumentasi Tjilik, posisi Palangkaraya tepat berada di titik tengah Indonesia. Lokasinya pun bisa menjaga ibu kota dari ancaman negara lain. Tantangan yang dihadapi pada saat itu, belum tersedia jalur transportasi yang memadai ke kota itu.

"(Wacana pemindahan ibu kota ke Palangkaraya) ini gagasan Tjilik Riwut yang diterima seluruh anggota Dewan Nasional," ujar Roeslan dalam video tersebut.

Menurut Roeslan, Tjilik adalah sosok yang setiap pandangannya di sidang-sidang Dewan Nasional dinilai sangat berbobot. "Sangat dihargai Bung Karno dan anggota-anggota lainnya," ujar dia.

Saat wacana pemindahan ibu kota itu muncul, tutur Roeslan, usulan yang muncul menyebutkan beragam kota, termasuk Subang di Jawa Barat. Namun, kata dia, gagasan Tjilik lah yang membuat Bung Karno tercengang.

(Baca juga: Pemindahan Ibu Kota, Pusat Pemerintahan, atau Keduanya)

Menurut Roeslan, tugu yang menandai Palangkaraya dan wacana pemindahan ibu kota negara memiliki nama Tugu Dewan Nasional. Rencananya, tugu itu bakal menjadi pusat lokasi ibu kota negara yang baru.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau