Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Pramuka, Presiden Joko Widodo, dan Selera Anak Muda

Kompas.com - 14/08/2017, 15:15 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Meski begitu, sejarah gerakan kepanduan di Indonesia—yang mulai 1961 itu jadi bernama Gerakan Pramuka, kependekan dari Praja Muda Karana—itu sudah lebih panjang, bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Sepak terjang anak-anak muda

Jejak kepanduan di Indonesia yang hari ini disebut Gerakan Pramuka sudah lumayan panjang, bahkan sejak sebelum Indonesia ada sebagai negara.

Bicara kepanduan dan Pramuka, sejarahnya tak akan bisa dilepaskan dari sosok Robert Baden-Powell. Lelaki asal Inggris inilah yang menggagas dan merumuskan kegiatan buat anak-anak muda biar terhindar dari tren kekerasan dan kriminalitas.

Jejak perjalanan Baden-Powell sampai mewujudkan kegiatan kepanduan itu kemudian dikenal lewat bukunya “Scouting for Boys”. Satu cerita uniknya, ternyata kepanduan punya kaitan erat dengan sepak bola.

(Baca: Selamat Hari Pramuka! Ada Hubungan Erat Sepak Bola dan Pramuka)

Baden-Powell antara lain berujar, “Sepak bola merupakan permainan penting untuk mengembangkan pemuda dari segi fisik dan moral. "Dari sepak bola, dia belajar bermain dengan baik dan tidak mementingkan diri sendiri."

Di Indonesia, pola kegiatan kepanduan pun diadopsi oleh para pemuda se-era Baden-Powell pada 1900-an. Namun, gaungnya makin kentara sejak Sumpah Pemuda pada 1928. Betul, peran-peran organisasi “jong” pada masa-masa itulah yang mengadopsi gerakan kepanduan di Indonesia.

Pada 1961, kepanduan Indonesia nyaris saja punya nama “Pioneering”, seperti nama gerakan kepanduan yang banyak dipakai di negara-negara berhaluan komunis. Namun, sejumlah tokoh pada waktu itu menyarankan alternatif nama lain dan diterima Presiden Soekarno, yaitu Praja Muda Karana, alias Pramuka.

(Baca juga: Andai Orang Indonesia Benar-benar Tahu...)

Seturut waktu, gaung Gerakan Pramuka sempat redup, terutama sejak berakhirnya rezim Orde Baru. Seperti biasa, gerakan ini yang dulu wajib banget ya di sekolah-sekolah—bahkan rasanya keren kalau bisa ikut berbagai lomba dan adu keterampilan Pramuka—dianggap bagian dari rezim itu.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka pun beberapa kali berubah, termasuk pada rezim Presiden Baharuddin Jusuf Habibie. Pada 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan Revitalisasi Gerakan Pramuka.

Lalu, pada 2010, terbit payung hukum baru untuk Gerakan Pramuka, yaitu UU Nomor 12 Tahun 2010.

Lagi-lagi, konsideran UU ini menyatakan, “...gerakan pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global”.

Nah, cocok sudah dengan harapan Presiden Joko Widodo. Bukan kegiatan baris-berbaris dan lain-lain itu sudah tidak diperlukan. Namun, setiap generasi juga punya zaman dan tantangan tersendiri.

Jangan protes kalau sekarang materi pelatihan Gerakan Pramuka sudah mencakup cara membuat video menggunakan ponsel pintar. Dilombakan pula video-video bikinan anggota Pramuka dari Siaga sampai Pandega ini. Beneran....

Salah satu gambar yang diunggah di situs web Gerakan Pramukapramuka.or.id Salah satu gambar yang diunggah di situs web Gerakan Pramuka

“Banyak kegiatan Pramuka di daerah yang tidak terjangkau televisi atau media lain, padahal kegiatannya bagus. Nah, saat itulah dibutuhkan kemampuan anggota Gerakan Pramuka untuk melaporkan kegiatannya, merekam dengan handphone,” ujar Andalan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Hariqo Wibawa Satria, dalam salah satu siaran pers gerakan ini, Jumat (4/8/2017).

Teknologi informasi dan media sosial pun sudah dirambah. Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault sampai mencanangkan motto baru.

“Sekarang, setiap daerah sudah punya website, dan setiap anak Pramuka juga memiliki media sosial. Karena itu di periode saya ini, Kwarnas Gerakan Pramuka punya motto, setiap pramuka adalah kantor berita,” ujar Adhyaksa, Kamis (9/2/2017).

Kalau sudah bicara peran anak muda, tentu saja pengemasannya harus yang cocok pula dengan gaya dan selera muda, bukan?

Oh, iya.... Selamat Hari Pramuka! Salam Pramuka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com