"Saya lihat anak saya senang sekali memakai toga, ya sudah saya ikut saja," jelasnya.
Hal ini menjadi kenangan membahagiakan dan membanggakan bagi orangtua melihat 'kelulusan' anaknya, ujar Martino.
Sebuah perayaan proses pertumbuhan
"Pertanyaan tentang perlu atau tidak perlunya wisuda untuk anak TK ini sudah muncul lama dan menurut kami tidak bisa diperdebatkan karena semua tergantung dari kebiasaan dan pilihan tiap sekolah dalam merayakan kelulusan anak," jelas Henny Prasetio, Principal Sunshine Montessori Preschool , Jakarta.
Sunshine Montessori Preschool memiliki program Sunshine Annual Festival, acara akhir tahun ajaran di mana seluruh anak dari kelas paling kecil menampilkan pertunjukan tari, nyanyi, drama, puisi, art exhibition, dan lainnya termasuk ada acara wisuda yang diselipkan dalam Annual Festival tersebut, tambah Henny.
Tujuan Sunshine Annual Festival, termasuk acara wisuda di dalamnya ini adalah merayakan proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu anak di setiap kelas, bukan hanya bagi yang lulus.
"Saya menyaksikan banyak orang tua yang menitikan air mata terharu saat mengikuti acara karena mereka melihat perkembangan anak-anaknya. Orang tua mengingat waktu anak mereka masih bayi, belum bisa jalan hingga saat lulus TK B. Perkembangan anak mereka sangat pesat dari sisi motorik, kematangan sosial emosional dan kognitif, dan anak mereka dapat membuat pernyataan dia ingin menjadi apa saat dewasa kelak," cerita Henny.
Baca juga: Perayaan Kelulusan, Perayaan Kekuatan Cinta
Dan yang paling utama adalah hari itu menjadi hari di mana kita merayakan proses yang telah dilalui oleh anak-anak dan juga menjadi hari yang membahagiakan untuk anak-anak, tegasnya.
Melihat dari mata kanak-kanak
"Dalam perkembangan anak menurut Maria Montessori, masa usia dini adalah masa pembentukan manusia (formation of man) dan ini adalah tahapan perkembangan yang paling besar dalam kehidupan manusia, yang saat ini sering disebut sebagai golden age," katanya
Menurut Henny, mengenai wisuda yang disebut sebagai acara sakral, simbolis, bahkan tidak pantas untuk anak usia dini, itu mungkin karena kita hanya melihatnya dari satu sisi.
Kita menganggap bahwa hanya perguruan tinggi yang pantas menerima acara wisuda. Kita lupa bahwa tidak semua orang melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi, dan banyak yang menjadi orang berhasil setelah lulus SMA meski tidak kuliah.
Kita lupa bahwa di setiap jenjang pendidikan ada prosesnya masing-masing dan proses itu tidaklah mudah.
Terkadang kita sebagai orang dewasa kurang bijaksana dalam menghargai pencapaian anak di mana kita hanya fokus melihat hasilnya saja, tanpa melihat bagaimana proses yang dialami oleh anak-anak selama di PAUD, SD, SMP, atau SMA.
"Jadi, salahkah kita sebagai orang tua dan pendidik memberikan penghargaan kepada anak-anak pada saat mereka melalui proses yang sulit di setiap jenjang pendidikan? Salahkah kita memberikan penghargaan kepada anak-anak kita yang telah melalui masa golden age yang hanya terjadi satu kali dalam kehidupan manusia?" tanya Henny.