Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bondhan Kresna W.
Psikolog

Psikolog dan penulis freelance, tertarik pada dunia psikologi pendidikan dan psikologi organisasi. Menjadi Associate Member Centre for Public Mental Health, Universitas Gadjah Mada (2009-2011), konselor psikologi di Panti Sosial Tresna Wredha “Abiyoso” Yogyakarta (2010-2011).Sedang berusaha menyelesaikan kurikulum dan membangun taman anak yang berkualitas dan terjangkau untuk semua anak bangsa. Bisa dihubungi di bondee.wijaya@gmail.com. Buku yang pernah diterbitkan bisa dilihat di goo.gl/bH3nx4 

Ternyata Ada “Rumus” Psikologi Untuk Membuat Jatuh Cinta...

Kompas.com - 02/07/2018, 19:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hasilnya terdapat perbedaan signifikan. Kelompok lelaki yang melewati jembatan tidak stabil dan “menakutkan” memberikan respon romantik lebih banyak terhadap gambar yang diperlihatkan.

Begitu pula, lebih banyak lelaki pada jembatan kedua kemudian menelepon. Apa kesimpulan para peneliti?

Kelompok laki-laki yang berdiri pada jembatan gantung mengalami respon emosi lebih kuat, yaitu rasa takut karena tidak terlalu yakin dengan keamanan jembatan yang terus bergoyang, rasa cemas karena berdiri cukup lama, ditambah dengan rasa tertarik bertemu wanita cantik.

Ketiganya bercampur menjadi satu. Setelah melewati jembatan, emosi mengerucut menjadi satu yaitu rasa tertarik. Namun dengan gejala fisiologis tiga kali lipat.

“Kesalahan” merespon gejala emosi inilah yang dinamakan “misattribution of arousal”. Rupanya sampai hari berikut gejala fisik masih ada, lalu menelepon.

Berbeda dengan kelompok lelaki pada jembatan pertama, respon emosi hanya satu yaitu rasa tertarik pada wanita cantik.

Meski belum ada penelitian lanjutan komperhensif, misalnya subyek penelitiannya diubah menjadi wanita, hasil penelitian ini kemudian banyak diaplikasikan secara populer.

Misalnya, untuk merawat perasaan cinta dengan pasangan lalu kita bisa mengajak pasangan nonton film horor. Emosi takut ketika nonton film horor, karena nontonnya bareng, kemungkinan besar bisa dipersepsikan sebagai perasaan romantik setelah selesai nonton.

Jadi aplikasi sederhananya adalah, kalau bisa, ungkapkan perasaan Anda beberapa saat setelah pasangan anda selesai wawancara kerja, presentasi bisnis, ujian CPNS, nonton film horor, atau sesudah dikejar anjing tetangga.

Kemungkinan besar Anda akan direspon positif, setidaknya menurut penelitian Pak Dutton dan Pak Aron. Manfaatkanlah dengan bijak, selamat mencoba!

Sumber :
http://www.pnas.org/content/early/2017/08/30/1702247114
http://psycnet.apa.org/record/1975-03016-001

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com