Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bondhan Kresna W.
Psikolog

Psikolog dan penulis freelance, tertarik pada dunia psikologi pendidikan dan psikologi organisasi. Menjadi Associate Member Centre for Public Mental Health, Universitas Gadjah Mada (2009-2011), konselor psikologi di Panti Sosial Tresna Wredha “Abiyoso” Yogyakarta (2010-2011).Sedang berusaha menyelesaikan kurikulum dan membangun taman anak yang berkualitas dan terjangkau untuk semua anak bangsa. Bisa dihubungi di bondee.wijaya@gmail.com. Buku yang pernah diterbitkan bisa dilihat di goo.gl/bH3nx4 

Permainan “Dakon”, Perkembangan Anak, dan Ki Hadjar Dewantara

Kompas.com - 24/09/2018, 20:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dugaan saya, Pertama. Permainan ini mengasah kemampuan anak untuk berhitung. Ketika anak sudah bisa berhitung satu sampai sepuluh, ketika itu pula kita bisa mengajak anak bermain dakon karena biji yang digunakan hanya 7, atau bisa juga 5.

Saat bermain, anak akan tertantang untuk menang sehingga sadar atau tidak sadar akan terbiasa menghitung biji-biji dakon-nya. Kedua, ketika masuk pada taraf berikutnya, anak akan belajar memperkirakan jumlah biji dakon yang akan diputar. Akankah ketika melakukan putaran, biji akan berhenti di cekungan yang kosong? Artinya akan langsung memberikan kesempatan pada lawan untuk menambah koleksi biji dakon.

Penelitian permainan "Dakon"

Di sini anak belajar ilmu probabilitas, ilmu peluang. Memperkirakan sesuatu yang bisa terjadi berdasarkan sumber daya dimiliki (jumlah biji dakon). Manfaat langsunya adalah, anak saya tidak mengalami kesulitan saat mengerjakan soal-soal matematika saat masuk sekolah dasar.

Manfaat bagi orangtua? Tentu saja ada. Permainan dakon ini tidak melelahkan secara fisik. Misalnya seperti bermain kejar-kejaran polisi-penjahat. Bisa sambil duduk, bahkan bisa disambi membaca buku di depan kipas angin sehingga ini permainan favorit saya.

Secara akademik, penelitian mengenai permainan dakon ini sudah pernah dilakukan oleh Ahmad Afandi dari Universitas Sriwijaya dan Endang Pudjiastuti Sartinah dari Universitas Negeri Surabaya. Keduanya dari Fakultas Ilmu Pendidikan.

Keduanya kompak (meski mungkin tidak janjian) menyimpulkan bahwa ada korelasi positif antara permainan dakon dan kemampuan berhitung pada anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com