Bondhan Kresna W.
Psikolog

Psikolog dan penulis freelance, tertarik pada dunia psikologi pendidikan dan psikologi organisasi. Menjadi Associate Member Centre for Public Mental Health, Universitas Gadjah Mada (2009-2011), konselor psikologi di Panti Sosial Tresna Wredha “Abiyoso” Yogyakarta (2010-2011).Sedang berusaha menyelesaikan kurikulum dan membangun taman anak yang berkualitas dan terjangkau untuk semua anak bangsa. Bisa dihubungi di bondee.wijaya@gmail.com. Buku yang pernah diterbitkan bisa dilihat di goo.gl/bH3nx4 

Pendampingan Psikologi bagi Korban Gempa dan Tsunami

Kompas.com - 01/10/2018, 13:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mungkin dari segi fisik sehat, selamat dari bencana, tapi pengalaman melihat rumah yang runtuh karena gempa, gelombang tsunami yang dahsyat, kehilangan anggota keluarga, melihat orang-orang terluka, mayat bergelimpangan bisa membuat jiwa seseorang terguncang.

Gejala jangka panjang

Gejala tidak akan terlihat dalam waktu dekat, tapi dalam jangka panjang seseorang dengan PTSD akan mengalami trauma psikologis seperti mimpi buruk, kesulitan mengontrol emosi, mudah marah dan tegang, sulit tidur, merasa bersalah, pesimistik, ataupun sering merasa ketakutan.

Pada anak-anak gejala bisa dilihat misalnya sering mengompol, tidak bicara dalam waktu lama, terlihat ketakutan, dan merasa tidak aman bila tidak ada orangtua atau orang terdekatnya.

Pendampingan sebaiknya dilakukan tidak lama setelah kejadian bencana terjadi. Tujuh belas ribu orang yang mengungsi akibat bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala Jumat, 28 September kemarin yang tersebar di berbagai tempat pengungsian sangat rentan mengalami PTSD.

Pendampingan psikologis korban gempa

Selain melakukan penyelamatan korban dan pemenuhan kebutuhan pokok, sebaiknya pemerintah dan relawan juga menyiapkan psikolog untuk mendampingi korban gempa. Korban selamat yang didampingi secara psikologis akan lebih produktif, menularkan sikap yang positif, dan dapat membantu pemulihan bencana secara lebih cepat.

Kalaupun tidak ada psikolog. Kita bisa melakukan terapi sederhana seperti “Talk Therapy"  atau terapi bicara, ngobrol. Keheningan dalam suasana bencana, mungkin enggan berbicara karena ingin berempati justru bisa memperburuk situasi dalam jangka panjang.

Saya bersama sebuah lembaga internasional pernah melakukan pendampingan pada para penyintas bencana gempa Jogja selama 6 minggu.

6 hal yang dapat dilakukan penyintas gempa

Berikut beberapa hal yang pernah saya lakukan dan mungkin bisa diterapkan juga pada para penyintas gempa dan tsunami Palu dan Donggala.

1. Pikirkan tujuan pribadi Anda, dalam jangka panjang apa yang ingin anda lakukan. Misalnya pulang, bekerja kembali, dan memperbaiki rumah. Pecah tujuan jangka panjang menjadi beberapa tujuan jangka pendek, misalnya apa yang akan dilakukan di pengungsian.

Misalnya dalam dua minggu ke depan akan fokus memastikan kondisi semua anggota keluarga besar. Atau bagaimana cara mendapatkan bantuan kebutuhan pokok. Tentukan tujuan jangka pendek berikutnya apabila tujuan pertama sudah tercapai.

2. Bersama keluarga, atau bersama pengungsi yang lain. Buatlah aktivitas fisik sederhana, seperti senam pagi. Ini penting untuk mengurangi stress dan mengalihkan sejenak kesedihan atau pikiran negatif. Kalau perlu usulkan pada penanggung jawab pengungsian.

3. Carilah teman untuk berbicara, bisa keluarga atau orang lain yang membuat Anda nyaman. Bicarakan perasaan Anda dan dengarkan juga apa yang disampaikan lawan bicara Anda. Ajak juga lawan bicara untuk menentukan tujuan jangka panjang dan jangka pendek

4. Percaya bahwa semua bisa kembali normal secara bertahap, bukan instan.

5. Sibukkan diri dengan aktivitas-aktivitas positif seperti membantu para relawan untuk menyampaikan informasi positif, membantu aktivitas fisik, ikut terlibat di dapur umum, atau aktivitas lain sesuai keahlian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau