Kelompok Kerja Guru Mandiri Melawan 'Efek Mattew' di Kaltara

Kompas.com - 15/11/2018, 21:43 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Fasilitator terlatih dikirim ke sekolah-sekolah guna mendampingi guru menerapkan materi pelatihan. Proses pendampingan ini, merupakan kunci mengubah metode pembelajaran yang dilakukan guru. Di kegiatan ‘in’ berikutnya guru bisa merefleksikan apa yang telah dilakukannya di ruang kelas.

Pelatihan dan pendampingan dilakukan oleh fasilitator terlatih. Mereka merupakan kepala sekolah, pengawas dan guru-guru terbaik dari gugus masing-masing. Mereka telah dilatih dan sudah terlebih dahulu mengimplementasikan materi pelatihan serupa di sekolah dan kelasnya masing-masing.

Lewat model ini proses pelatihan dan pendampingan akan berlangsung praktikal dan kolegial.

Tingkatkan mutu lewat KKG mandiri

Seluruh proses KKG ini akan dibiayai mandiri oleh sekolah menggunakan multi sumber keuangan. Sekolah akan memanfaatkan Biaya Operasional Sekolah Nasional (BOSNAS), Biaya Operasional Sekolah Daerah (BOSDA), tunjangan profesi guru dan dukungan dari perusahaan yang ada di sekitar sekolah melalui program CSR (Corporate Social Responsibility).

”Itu sebabnya kita menyebutnya KKG mandiri, karena kegiatan KKG dan pembiayaannya dilakukan mandiri oleh sekolah,” tambah Suparmin. 

Penggunaan tunjangan sertifikasi untuk membiayai KKG merupakan pendekatan baru. Model ini memastikan guru-guru yang telah disertifikasi pemerintah mendapat pelatihan berkelanjutan sehingga mutu mereka terjaga dan siap menghadapi tantangan pendidikan.

“Kami juga bekerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan agar seluruh proses KKG mandiri ini bisa diakui menjadi bagian pengembangan keprofesian berkelanjutan atau PKB. Ini merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh guru-guru yang sudah tersertifikasi,” tegasnya.

Mengubah paradigma pembelajaran

Handoko Widagdo, Manajer Provinsi INOVASI Kaltara mengatakan, mengubah metode pembelajaran akan berdampak besar kepada hasil belajar anak.

Hasil Survei Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia (SIPPI) yang dilakukan INOVASI, menemukan 72,61 persen waktu pembelajaran masih menggunakan pendekatan berpusat pada guru atau teacher centre.

Hampir 42,47 persen waktu belajar dihabiskan guru dengan berceramah. Hanya 19,18 persen waktu pembelajaran memberikan kesempatan kepada anak berdiskusi dengan teman sebayanya.

“Desain pendidikan abad 21 mendorong proses pembelajaran menjadi student-centre. Artinya anak yang lebih aktif dalam proses pembelajaran,” terang Handoko.

Handoko mengatakan KKG mandiri Bulungan, merupakan cara efektif dan efesien membantu guru mengubah pembelajaran.

Perubahan ini akan mampu meningkatkan mutu pendidikan. ”KKG mandiri Bulungan didesain dengan memperhatikan modul pelatihan, metodologi, sumberdaya manusia dan pembiayaan berkelanjutan. Keempat faktor ini yang membuat KKG mandiri Bulungan akan memberikan dampak kepada peningkatan mutu pendidikan,” tutupnya.

Implementasi KKG mandiri di Bulungan pada tahap awal, dilaksanakan 8 gugus sekolah dengan melibatkan 188 pendidik. Program ini memberikan manfaat kepada 3.080 siswa kelas awal yang tersebar di 48 SD/MI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau