KOMPAS.com - Kini, di jaman milenial, berkembang jenis pola asuh baru yang disebut para ahli sebagai "Drone Parenting". Apa itu?
Kita mengenal drone sebagai pesawat kecil tanpa awak berbentuk mirip helikopter. Drone bebas bergerak sendiri di angkasa, namun tetap dikontrol pengemudi dari jarak jauh dengan menggunakan sebuah remote.
Seperti itulah gambaran drone parenting. Portal berita Huffington Post mencatat drone parenting memberikan kebebasan bagi anak-anak untuk memilih kegiatan yang mereka sukai. Si kecil juga dibolehkan mengatur jadwal dan memberi kebebasan yang lebih untuk melakukannya.
Berbeda dengan helicopter parenting yang mengontrol anak dari jarak dekat, maka drone parenting lebih memberi kebebasan pada sang anak, memberikan ruang untuk mengeksplor hal-hal baru, namun orangtua tetap mengawasi dan bahkan mengendalikannya melalui jarak jauh.
Baca juga: Mengenal Pola Asuh Milenial: Drone Parenting
Dilansir dari forum Sahabat Keluarga Kemendikbud, psikolog anak dan remaja di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, menuturkan ada beberapa kelebihan dan kekurangan drone parenting.
1. Anak lebih ekspresif
Karena tidak dikontrol orangtua secara ketat, anak jadi berani mengutarakan perasaan dan pendapatnya. Anak pun jadi mudah diajak diskusi bersama orang tua.
Hal ini membuat anak punya pikiran yang terbuka dan lebih cerdas, karena pendapatnya tidak dibatasi oleh larangan orang tua. Ia juga mampu memahami serta memberikan feedback atas sebuah permasalahan.
2. Anak melek teknologi
Kalau orangtuanya termasuk golongan milenial yang bersahabat dengan teknologi, tentunya anak juga akan melek teknologi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.