KOMPAS.com - Warsiah merupakan Kepala SDN 013 Desa Bulu Perindu, Kecamatan Tanjung Selor, Kalimantan Utara. Ia dan para guru menerima laporan ada siswa dari tamatan sekolahnya tidak lancar membaca saat duduk di bangku SMP.
Setelah diidentifikasi, ternyata memang ada beberapa siswa di kelas empat, lima, dan enam sekolahnya tidak bisa membaca dengan lancar.
Mengatasi masalah tersebut, sang kepala sekolah, yang juga fasilitator program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) di Kabupaten Bulungan, kemudian mengembangkan layanan atau bimbingan khusus dengan mulai melakukan indentifikasi siswa yang tidak bisa membaca di tingkat SD kelas tinggi tersebut.
”Biasanya saya masuk ke kelas lalu mengantikan guru pada waktu tertentu. Lalu saya lakukan tes kepada tiap siswa untuk membaca satu per satu. Caranya, saya meminta mereka untuk membaca buku. Dulu, saya menggunakan buku teks pembelajaran untuk menguji kemampuan membaca mereka. Sekarang, saya menggunakan buku cerita," Warsiah mengisahkan melalui rilis yang diterima Kompas.com (26/2/2019).
Baca juga: Perayaan Bangkitnya Literasi Baca Indonesia
Tes ini dilakukan berkali-kali sampai ia yakin anak tersebut memang mengalami hambatan belajar karena tidak lancar membaca. Biasanya, Warsiah membutuhkan waktu sampai dua minggu untuk melakukan observasi.
Menurut Warsiah, anak-anak tidak lancar membaca biasanya menunjukkan tanda-tanda khusus. Misalnya, jika diminta membaca sebuah kalimat, anak akan lama sekali mengeja satu kata atau menyebut huruf secara tidak teratur.
Mereka bahkan tidak mengetahui konteks bacaan dan tidak mampu menunjukkan kata dieja atau tak jarang mengeja kata yang tidak diminta untuk dibaca. "Hal-hal tersebut disebabkan anak menghafal kata, sehingga ketika diminta membaca kata yang lainnya, mereka tidak mampu," jelasnya.
“Setelah proses observasi, maka anak tersebut akan saya pisahkan dari kelompoknya. Saya minta kepada guru agar anak tersebut tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran untuk sementara waktu," lanjut Warsiah.
Menurutnya, jika tidak bisa membaca maka anak tidak mampu menangkap materi diajarkan. Selain itu, anak tidak lancar membaca jika dipaksa ikut pembelajaran maka tidak akan bermanfaat.
Sebaliknya, anak malah semakin tertekan. "Anak-anak ini diberikan layanan atau bimbingan khusus agar mereka cepat bisa membaca. Dengan cara ini mereka masih bisa mengejar ketertinggalan dari teman-temannya,” kata Warsiah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.