“Memang tidak mudah sebab anak tidak tahan berlama- lama duduk di kelas. Mereka mudah merasa bosan karena tidak belajar bersama rekan-rekan sebayanya. Kegiatan membaca harus dibuat menyenangkan," ujar Warsiah.
Ia juga memperhatikan suasana hati anak. Jika mereka ingin bermain-main, Warsiah membiarkan bermain dulu. "Jika suasana hatinya gembira maka saya lanjutkan kembali kegiatan membaca. Saya pun tidak pernah memaksa kalau mereka minta pulang,” kata Warsiah.
Faktor kehadiran anak juga menjadi tantangan lain. Anak tidak selalu datang ke sekolah. Alasannya banyak, padahal itu lantaran mereka tidak bisa membaca sehingga menjadi tidak tahu apa yang harus dipelajari.
Walau begitu Warsiah tidak menyerah. Tak jarang ia akan datang langsung menjemput mereka ke rumah. Bekerja sama dengan orangtua, ia pun mengajak anak untuk kembali belajar.
Warsiah menyadari betul tanggung jawabnya sebagai guru dan kepala sekolah. Meski tidak mudah, ia tidak berhenti begitu saja.
Ia mengaku ada perasaan bersalah dan sia-sia jika anak-anak didiknya gagal dalam pendidikan hanya karena tidak bisa membaca. Baginya, semua anak itu pintar asal dilayani dan dibimbing sesuai dengan gaya belajar masing-masing anak.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.