"Tidak membutuhkan kebijakan khusus pemerintah, gagasan ini langsung dapat diaplikasikan oleh keluarga Indonesia untuk memberi nilai tambah dan kegiatan wirausaha yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat," jelasnya.
Meski tidak masuk dalam jajaran juara, ide mahasiswi Manajemen, Hanny Rafiqoh dari Universitas Pasundan menarik perhatian Kompas.com atas orisinalitas idenya membuat program rehabilitasi pecandu game berbasis keluarga.
"Keluarga dalam hal ini orangtua menjadi tiang utama program rehabilitasi bagi anak yang mengalami kecanduan ringan bermain games. Kita tetap melibatkan peran psikolog, namun program dibuat sedemikian rupa dengan melibatkan peran aktif orangtua," jelasnya.
Selama ini soal kecanduan games masih dianggap menjadi ranah psikolog semata. Padahal peran orangtua sangat menentukan. "Pokok soalnya bukan pada konten games, karena ada games yang bersifat edukatif. Namun bagaimana kerja sama antara orangtua dan anak dalam memanfaatkan teknologi khususnya gadget inilah yang ingin diangkat melalui gagasan ini," tutupnya.
Salah satu soal keindonesiaan yang menarik diangkat Petra Pradnja Paramita, mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan yang menyorot soal kebijakan Indonesia terhadap Daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal).
Sejalan dengan upaya Pemerintah, Petra yang menawarkan 3 pendekatan penting dalam merangkul Daerah 3T yang menjadi tapal batas Indonesia dengan negara tetangga.
"Infrastruktur Pendidikan, Pemajuan Ekonomi Masyarakat dan Penguatan Komunikasi menjadi 3 kebijakan kunci, agar Indonesia tidak lagi kehilangan warga negara yang tinggal di perbatasan negara," tegasnya.
Agus Wandi, mahasiswa Teknik Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah juga mengangkat isu yang tengah aktual di masyarakat terkait lingkungan: pengelolaan sampah.
"Hampir 60 persen sampah rumah tangga berasal dari sampah organik yang sebenarnya dapat diurai dan diolah sehingga dapat mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut di Tempat Pembuangan Akhir," ujar Agus.
Mengambil konsep penguraian sampah dari Jepang, Agus memperkenalkan gagasannya "Topan: Tong Milenial Pengurai Sampah". "Lewat inovasi ini, setiap keluarga dapat membuat 'Topan' yang mampu mengurai sampah sampah organik dalam waktu 3-4 hari yang mengurangi jumlah sampah secara signifikan untuk kemudian hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman," terangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.