Maka, perbaikan di dua aspek itu menjadi sangat penting untuk segera dilakukan jika memang memimpikan kualitas pendidikan yang baik melalui sistem zonasi.
"Kalau tidak, sekolah yang di perkampungan-perkampungan itu diajar oleh guru yang asal-asalan, fasilitasnya juga terbatas, maka yang akan terjadi adalah pemerataan mutu pendidikan yang rendah," ucap Darmaningtyas.
Hal senada diungkapkan psikolog pendidikan, Bondhan Kresna. Meski setuju dengan sistem zonasi untuk menghilangkan sekolah unggulan, Bondhan menilai bahwa sebaiknya mutu sekolah dan kompetensi guru dibuat merata terlebih dulu.
"Selama belum merata mutu sekolah dan kompetensi gurunya, menurut saya kebijakannya akan merugikan anak," kata Bondhan.
Bondhan berharap zonasi dapat membuat semua sekolah merata dan menjadi unggulan.
"Semua sekolah harus unggul, dalam hal ini harus memenuhi standar mutu pendidikan. Menurut saya sistem ini akan lebih efektif kalau mutu sekolah merata," ujar dia.
Bondhan berharap persebaran kualitas guru yang baik dapat merata. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah rolling guru dalam satu kota.
"Guru juga tidak dirugikan karena rotasinya di sekolah yang tidak terlalu jauh. Dari situ, paling tidak guru berkualitas akan bisa handle lebih dari satu sekolah, misal sekian tahun di satu sekolah, tahun berikutnya di sekolah yang lain," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.