Sastia Prama Putri dan Perjuangan Perempuan Peneliti Diaspora Kelas Dunia

Kompas.com - 27/08/2019, 16:03 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Melihat adanya kesempatan kerja yang ditawarkan pembimbingnya, serta pertimbangan keadaan di Indonesia yang belum mendukung ranahnya, Sastia bekerja paruh waktu selama 6 bulan.

Menjadi peneliti, merawat bayi, juga tulang punggung keluarga adalah menjadi perjuangan Sastia selanjutnya. Tidak lama setelahnya, Sastia pun menerima tawaran untuk bekerja menjadi peneliti penuh waktu meskipun mengharuskan dirinya untuk harus sering bepergian di momen-momen tertentu.

Bersyukur Sastia memiliki keluarga yang sangat mendukung kesibukannya. Dirinya juga kerap mengajak sang anak dalam perjalanan karirnya. Dari semasa kandungan, bahkan sang anak juga kerap diajak dalam konferensi.

Menurutnya pertumbuhan anak pada 5 tahun pertama adalah golden age, sehingga Sastia tidak ingin melepaskan tanggung jawab dengan anak begitu saja. Pihak keluarga juga dapat bekerja sama dengan baik dengan bergantian menjaga sang buah hati.

Membangun Relasi Kerja Positif

Melihat potensi yang ada dalam diri dan puas akan kinerja Sastia, Profesor Fukusaki menawarkannya pekerjaan sekaligus memberi kelonggaran karena memahami agar Sastia dapat mengurus sang anak sambil bekerja secara maksimal.

Alih-alih menerima kelonggaran tersebut, Sastia justru banyak membantu sang profesor dari menyusun penelitian, membantu menulisan penelitian, hingga membantu mahasiswa yang berkesulitan dalam menulis laporan ilmiah.

Berkat kinerja yang produktif, Sastia pun kembali ditawarkan dan menerima menjadi peneliti penuh waktu dalam proyek kerjasama antara Jepang dan Amerika Serikat yang dibiayai pemerintah.

Dalam proyek tersebut Sastia sebagai diaspora asal Indonesia ditunjuk sebagai project leader salah satu dari 4 tim yang mewakili Jepang dan Amerika. Melihat portfolio pengalaman dan keaktifan Sastia yang patut diacungi jempol, Sastia diminta untuk membantu di kantor pusat proyek tersebut.

Sebelumnya Sastia sudah sering mengajukan pada atasanya untuk berkolaborasi dengan mahasiswa lainnya di Indonesia. Sastia kembali ditunjukan penanggung jawab dan bekerja dibawah dekan universitas langsung.

Karena memiliki akses dan relasi yang baik dengan dekan, pintu kesempatan untuk bekerja sama dengan program gelar ganda dengan ITB semakin luas ditambah dengan dirinya yang memang lulusan ITB.

Memiliki buah hati tentu menambah tanggung jawab dirinya, beruntung relasinya dengan mentor profesornya sangat baik. Kerap kali Sastia berpergian bertiga dengan anak dan profesor dalam satu mobil dan sang mentor turut berinteraksi dengan anak

Perempuan Indonesia bisa!

Setelah 2 tahun, Department of Biotechnology, Osaka University membuka lowongan untuk posisi tetap, sebuah posisi yang sangat sulit diraih di Jepang terutama untuk perempuan.

Berkat pengalaman dan kemampuannya, Sastia berhasil membawa dirinya mendapat posisi tetap di sana. Bahkan dirinya diberi wewenang dan kebebasan membangun tim penelitian yang berfokus pada pengembangan kualitas produk agrikultur terutama dari Indonesia.

Sastia juga memprioritaskan kolaborator asal Indonesia. Pada saat ini tim yang dibentuknya berjumlah 25 orang, dan 10 diantaranya adalah mahasiswa Indonesia.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau