Program itu digelar agar desa di Kalbar memenuhi indikator desa mandiri.
Sutardmiji menilai, jika mengandalkan dana desa, dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk mengubah desa tertinggal menjadi desa mandiri.
Baca juga: Program 1 Emas, 1 Perpustakaan, Ketika Olah Raga Berdampak pada Pendidikan
“Perlu terobosan untuk membuatnya, salah satunya lewat perpustakaan atau rumah baca. Bangun rumah baca enggak mahal, cukup Rp 50 juta,” urainya.
Ia menyarankan, rumah baca juga bisa disandingkan dengan Balai Desa. Pasalnya di sana ada perpustakaan desa, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan posyandu.
Sementara itu, Duta Baca Indonesia Najwa Shihab menilai keluarga merupakan kunci dalam membangun kegemaran membaca.
Najwa meminta, orangtua mendorong minat baca anak lewat keteladanan atau contoh nyata.
“Saya beruntung lahir di keluarga yang cinta ilmu, di rumah penuh dengan buku dan ketika keluar rumah selalu membeli buku. Saya dan kakak adik saya sudah jatuh cinta kepada buku sebelum bisa membaca karena tiap malam kami dibacakan dongeng oleh ibu,” jelasnya saat menjadi narasumber talkshow.
Baca juga: Berkunjung ke Perpustakaan Erasmus Huis yang Instagramable
Ia menilai keterampilan membaca harus dilatih setiap harinya. Najwa juga mendorong para peserta untuk membaca aktif. Hal ini berbeda dengan aktif membaca.
“Kalau membaca aktif, sejak awal kita melihat identitas penulis, cover buku, kita akan berusaha menyelami karakter di buku itu, plot ceritanya sehingga kita mengidentikasi karakter yang ada di dalam buku,” katanya. (Hanna Meinita/PERPUSNAS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.