Saat ini, Asri merasa, pekerjaan di bidang arsitektur dan desain interior kurang diapresiasi di Tanah Air. Banyak klien yang menyepelekan proses desain dan menyediakan anggaran yang sangat kecil untuk proyek pembangunan.
Arsitektur dan desain interior bukanlah bidang yang hanya menjunjung keindahan estetik tetapi juga memikirkan fungsi, pembagian ruang, pencahayaan, agar tempat tersebut nyaman untuk ditempati.
"Saya khawatir apabila desainer tidak dihargai di tanah sendiri, desainer muda akan alih profesi dan Indonesia akan kehilangan talenta yang sebenarnya bisa membawa budaya Indonesia lebih jauh ke dunia internasional," katanya.
Asri bekerja sebagai desainer interior di perusahaan arsitektur ternama Hart Howerton. Beberapa proyek komersial yang ia kerjakan mencakup golf club, beach club, boutique hotel, dan private cottage.
Ia mengaku fasih dalam mengoperasikan software modern seperti Revit, Rhinoceros, Lumion, dan Grasshopper. "Saya dipercaya untuk membuat presentasi dalam bentuk virtual reality," katanya.
Selama bersekolah ia bekerja di studio rapid prototyping sebagai supervisor untuk membantu mahasiswa mengoperasikan mesin fabrikasi digital seperti CNC mill, 3D printer, dan laser cutter.
"Karena kesempatan inilah saya bisa membuat proyek instalasi yang kompleks dan memenangkan Architecture Division Jury Prize: Advanced Technology, Digital Modeling, & Rapid Prototyping," katanya.
Selamat 5 tahun tinggal di Amerika, Asri mengaku belajar banyak tentang budaya asing, bagaimana menghargai perbedaan dan bagaimana bekerja sama untuk membangun masyarakat yang utuh.
"Saya menjadi sadar bahwa budaya dan seni Indonesia patut diperkenalkan di sini," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.