Sejak 2006 hingga 2019, ia melanjutkan, ada 17 proyek digitalisasi naskah Indonesia yang mendapat bantuan program tersebut.
Salah satu naskah yang mendapat bantuan program adalah manukrip Pangeran Madrais yang menjadi koleksi Paseban Tri Panca Tunggal, Cigugur, Kuningan.
“Sejak jaman penjajahan Belanda, naskah itu memang tertutup untuk dunia luar. Barulah pada 2017, koleksi naskah yang merupakan warisan pendiri Sunda Wiwitan itu bisa dilakukan digitalisasi,” katanya.
Data naskah yang dipublikasikan eap.bl.uk juga dilengkapi dengan metadata yang ringkas, seperti jumlah halaman, jenis huruf, bahasa yang digunakan, serta waktu penulisan atau penyalinan naskah.
Munawar Holil menambahkan, metadata koleksi laman Khastara memang perlu diperbaiki secara bertahap.
“Harus ditinjau lagi, web Khastara ini ditujukan untuk siapa. Bila untuk masyarakat umum ya sudah baik, tetapi kalau untuk penelitian akademis bidang filologi, ini belum memadai. Harus ditambah dan dilengkapi data-datanya,” katanya.
Menurut dia, Perpustakaan Nasional juga bisa menyajikan informasi yang serupa dengan eap.bl.uk bila mengacu pada kajian akademis. Untuk itu, para ahli filologi memang dibutuhkan untuk melakukan pendataan.
“Saya yakin Perpusnas bisa juga menayangkan data semacam itu. Sehingga, nantinya para peneliti bisa menjadikan naskah-naskah pada laman Khastara sebagai rujukan informasi,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.