6 Capaian Kemenristekdikti, Menristek: Saya Hanya Bekerja dan Bekerja untuk Indonesia

Kompas.com - 21/10/2019, 17:17 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Dari dorongan jumlah guru besar yang meningkat seiring efisiensi layanan pendaftaran guru besar, jumlah publikasi ilmiah Indonesia sudah mencapai peringkat pertama di ASEAN pada 2018 dengan 34.415 publikasi, mengalahkan Malaysia yang memiliki publikasi 33.419 karya ilmiah dan Singapura dengan 22.741 karya ilmiah dari penelitian di perguruan tinggi.

5. Peringkat pertama paten di regional ASEAN

Peningkatan publikasi ilmiah yang meningkat juga diikuti dengan peningkatan jumlah paten. Berdasarkan data dari World Intellectual Property Organization (WIPO), Indonesia sudah meningkatkan jumlah paten dari 1.058 sertifikat paten pada 2015 menjadi 1.109 pada 2016.

Pada 2017 Indonesia sudah mencapai peringkat pertama jumlah paten di ASEAN dengan jumlah paten 2.271. Pada 2018 Indonesia masih menjadi negara dengan paten tertinggi di ASEAN dengan jumlah paten 2.841.

Dalam hal hilirisasi penelitian dan paten, Kemenristekdikti sudah mendanai dan membimbing beberapa produk inovatif dari penelitian dan paten yang sudah digunakan masyarakat, diantaranya:

  • Dua alat medis kesehatan gigi dan mulut dentolaser antimikroba dan fotobiomodulasi sel dari Universitas Airlangga.
  • Mesin Plasma Ozon dari Universitas Diponegoro yang dapat memperpanjang masa simpan hasil panen hortikultura.
  • Benih jagung Brawijaya Sweet dari Universitas Brawijaya yang tahan penyakit
  • Katalis Merah Putih dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dapat memproduksi bio-avtur dan green diesel berbasis campuran minyak sawit.
  • Motor Listrik Gesits dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang sudah mendapat dukungan penuh dari kementerian lain.

6. Peningkatan perusahaan rintisan berbasis penelitian

Selain inovasi dari perguruan tinggi, Kemenristekdikti juga turut mendorong mahasiswa dan masyarakat menggerakkan ekonomi Indonesia berlandaskan inovasi melalui program Calon Perusahaan Pemul Berbasis Teknologi (CPPBT) dan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT).

Jumlah PPBT yang sudah mencapai omzet satu miliar setiap tahun berlipat ganda. Pada 2015 jumlahnya baru mencapai empat perusahaan. Pada 2016 jumlahnya meningkat dua kali menjadi delapan perusahaan. Pada 2017 jumlahnya meningkat hampir tiga kali lipat, yaitu menjadi 21 perusahaan.

Pada 2018 sudah ada 30 perusahaan yang produknya sudah laris di masyarakat dan beromzet di atas satu miliar Rupiah. Diharapkan 30 perusahaan ini menjadi pioneer dalam menggerakkan ekonomi Indonesia berbasis hilirisasi riset dan inovasi.

"Saya ingin meningkatkan produk inovasi dalam negeri. Kalai produk inovasi dalam negeri bisa meningkat, maka ekonomi Indonesia secara kompetitif akan semakin bersaing, tangguh dalam persaingan," harap Menristekdikti.

Sejak 2015 Kemenristekdikti sudah menyalurkan anggaran miliaran Rupiah kepada tenant dari CPPBT dan PPBT. Jumlah tenant dua program tersebut terus meningkat sepanjang tahun. Pada 2015 terdapat 52 tenant CPPBT dan PPBT. Tahun 2016 jumlah ini meningkat empat kali lipat menjadi 203 tenant. Pada 2017 junlahnya meningkat tiga kali lipat menjadi 661 tenant.

Data terakhir pada 2018 jumlah tenant CPPBT dan PPBT mencapai 956. Pada periode berikutnya diharapkan jumlah tenant mencapai lebih dari seribu CPPBT dan PPBT dari setiap provinsi di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau