6 Capaian Kemenristekdikti, Menristek: Saya Hanya Bekerja dan Bekerja untuk Indonesia

Kompas.com - 21/10/2019, 17:17 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - "Kalau saya kerja dan kerja urusannya. Yang menilai orang lain. Syukurlah kalau mereka menilai dan merespon baik apa yang saya lakukan. Bagi saya, pengakuan mereka saya berterima kasih. Saya hanya kerja untuk Indonesia," ujar Menristekdikti Mohamad Nasir.

Pernyataan ini disampaikan Menteri Nasir menjawab pertanyaan Kompas.com (15/10/2019) terkait berbagai raihan prestasi kementerian yang dipimpinya.  

"Bukan cita-cita saya sebagai Menteri. Pada saat itu diangkat sebagai Menteri, itu pikiran saya menjadi Rektor, tapi saya diangkat jadi Menteri. Kinerja yang saya lakukan selama lima tahun ini tidak pernah saya bayangkan kira-kira tercapai atau tidak," ungkap Menteri Nasir saat Bedah Kinerja Capaian Lima Tahun Kemenristekdikti (2014-2019) di Gedung Kemenristekdikti, Jakarta (18/10/2019).

Menteri Nasir saat itu baru terpilih sebagai Rektor Universitas Diponegoro pada 9 September 2014 namun pada 20 Oktober 2014 diangkat menjadi Menristekdikti Presiden Joko Widodo. Nasir kemudian membuat target yang belum pernah dicapai baik oleh Kemenristek maupun Ditjen Dikti.

Nasir mengungkapkan ada dua hal utama yang dilakukannya saat memimpin Kemenristekdikti, yaitu memperbaiki birokrasi, terutama akuntabilitas anggaran dan mengefisiensikan layanan pada masyarakat melalui sistem online.

Baca juga: Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Lampaui Kemenkeu

"Kita lihat dari sistem birokrasi yang ada di Kemenristekdikti, dulu kita di Kemenristekdikti mengurusi birokrasi itu saya ditugasi untuk menggabungkan Kementerian Riset dan Teknologi dan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," ungkap Nasir.

Melalui rilis resmi, Kemenristekdikti menyampaikan beberapa capaian yang telah dilakukan dalam lima tahun masa kerja (2014-2019) Menteri Nasir di antaranya:

1. Opini "Wajar Tanpa Pengecualian" BPK

Menristekdikti mengungkapkan pada saat dirinya awal menjabat, baik Kemenristek maupun Ditjen Dikti masih mendapatkan opini dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berupa Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Menteri Nasir menargetkan untuk menjadikan Kemenristekdikti sebagai gabungan dari dua lembaga tersebut mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

"Alhamdulillah bekerja dalam satu tahun langsung bisa meningkatkan reputasi Kemenristek dan Dirjen Dikti dari WDP menjadi WTP (setelah keduanya bergabung menjadi Kemenristekdikti), Wajar Tanpa Pengecualian sampai sekarang. Ternyata laporan dari BPK, penyelesaian masalah paling cepat ada di Kemenristekdikti. Setelah menata birokrasi dulu, yang kedua menata sistem layanan," ungkap Nasir.

2. Efisiensi birokrasi dan biaya pelayanan

Setelah Kemenristekdikti dapat memiliki opini WTP, Menteri Nasir kemudian berfokus pada memangkas waktu dan biaya tidak langsung (mencetak dokumen, membawa dokumen ke Jakarta, dan sebagainya) dari layanan terkait riset dan pendidikan tinggi, salah satunya pada layanan penyetaraan ijazah luar negeri bagi lulusan luar negeri yang ingin kembali ke Indonesia.

"Dalam hal untuk mengurus penyetaraan ijazah bagi teman atau saudara kita yang sudah studi lanjut di luar negeri, dulu pulang untuk penyetaraan ijazah, mereka harus datang ke Kemenristekdikti di Jakarta, habis uangnya. Tapi untuk hal ini saya minta lakukan online melalui PINTU, yaitu Pusat Informasi dan Pelayanan Terpadu. Ini sekarang bisa online dengan cepat," ungkap Menteri Nasir.

"Setelah ada PINTU ini kita ada perubahan cukup besar, jadi inilah yang harus kita dorong supaya ada perubahan. Ada perbaikan cukup tinggi di dalam penyelesaikan masalah terkait layanan dan ini diapresiasi dari Kementerian PAN-RB terhadap capaian ini," ungkap Menteri Nasir.

3. Berbagai penghargaan layanan masyarakat

Berikut adalah penghargaan yang diterima Kemenristekdikti di bidang layanan masyarakat selama lima tahun terakhir:

  • Satu-satunya Kementerian masuk Top 10 Pengelola Pengaduan Pelayanan Publik 2018 dari KemenPAN-RB.
  • Silver Winner Laporan Pelayanan Informasi Publik Terinovatif 2019 dari Anugerah Humas Indonesia.
  • Silver Winner Ruang Pelayanan Publik Terinovatif 2019 dari Anugerah Humas Indonesia.
  • Silver Winner Website Kementerian 2019 dari Anugerah Humas Indonesia.
  • Terpopuler di Media online 2019 dari Anugerah Humas Indonesia.
  • Silver Winner e-magazine 2018 dari PR Indonesia Award.
  • Terbaik I Kategori Siaran Pers Pemberitaan Anugerah Media Humas 2017 dari Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah (Bakohumas).
  • Terbaik II Pelayanan Informasi melalui Website Anugerah Media Humas 2017 dari Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah (Bakohumas).
  • Terbaik II Kategori Advertorial Anugerah Media Humas 2016 dari Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah (Bakohumas).
  • Inews Maker Awards Kategori Hilirisasi Inovasi 2016 dari Inews

4. Peringkat pertama publikasi ilmiah ASEAN

Perbaikan layanan online ini juga diterapkan untuk pendaftaran guru besar atau profesor yang kemudian mendorong penelitian, publikasi ilmiah, dan paten meningkat, terutama yang dilakukan langsung maupun yang dibina oleh profesor.

"Apa yang perlu diperbaiki? (Solusinya) dari online saja. Alhamdulillah berhasil di tahun 2016. Dengan sistem online kita lakukan, maka pengurusan guru besar dan lektor kepala cukup waktu maksimum 45 hari dari 2 tahun selama ini tidak selesai. Alhamdulillah ini perubahan yang begitu cepat. Dari perubahan semacam ini, kita lakukan perbaikan. Ini akan berhasil pada peningkatan guru besar yang baik, dan ini diikuti oleh jumlah publikasi kita," ungkap Menristekdikti.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau