KOMPAS.com - Mengambil tema "Literasi untuk Menggerakkan Negeri”, Komunitas Guru Cikal (KGC) menggelar acara tahunan Temu Pendidik Nusantara (TPN) di Sekolah Cikal Cilandak, Setu, dan Serpong selama 3 hari, 25-27 Oktober 2019.
Tahun ini, Temu Pendidik Nusantara diikuti sekitar 1.300 guru dari 120 daerah di seluruh Indonesia.
TPN 2019 bertujuan memberikan praktik baik kepada guru di seluruh Indonesia agar dapat menerapkan dan mengembangkan proses pembelajaran yang lebih baik.
“Kami ingin membawa praktik baik yang mungkin sudah dimiliki oleh sekolah kami dan diperkenalkan kepada guru-guru lain di Nusantara agar bisa diterapkan dan dikembangkan,” ujar Jessy, pengajar Sekolah Cikal Cilandak.
TPN juga memiliki tujuan mempertemukan komunitas guru belajar dari berbagai daerah di Indonesia untuk melakukan refleksi, saling berbagi praktik baik, mengembangkan kompetensi, membangun kolaborasi, dan merintis karier.
Baca juga: Temu Pendidik Nusantara 2019 dan Momentum Transformasi Guru Pembelajar
Harapannya, para guru bisa saling evaluasi, metode mengajar seperti apa yang efektif. Bukan hanya untuk mengasah pengetahuan, melainkan mengembangkan potensi siswa.
Misalnya, cerita unik dari Erika, siswa SMK Negeri 1 Pekalongan yang menceritakan kisahnya dalam konferensi pers TPN pada Sabtu, 26 Oktober 2019.
Ia menceritakan metode pembelajaran yang diterapkan gurunya sangat monoton yang hanya berisi penjelasan dan tanya jawab. "Kemudian, guru tersebut bertanya kepada muridnya. Cara pembelajaran yang baik itu bagaimana?” cerita Erika.
Akhirmya para siswa memberi saran kepada sang guru bahwa belajar melalui hobi bisa menjadi menyenangkan. "Teman-teman saya kasih saran. Begini Bu, metode belajar yang menyenangkan itu sesuai dengan hobi kita,” cerita Erika mengenai teman-temannya.
Metode semacam inilah yang ingin diusung TPN. Pembelajar berbasis minat diyakini akan membuahkan hasil dan pemahaman yang maksimal.
Usman, Komunitas Guru Belajar (KGB) Makassar, terlibat dalam TPN sejak 2016 hingga sekarang. Baru kemarin ini, ia dilantik sebagai Ketua Komunitas Guru Belajar di kongres pertama KGB.
Ia menceritakan bahwa guru yang berada di Makassar senang untuk belajar. Sehingga ia bertemu dengan Bukik Setiawan, Ketua Kampus Guru Cikal, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai komunitas belajar yang beda dari yang lain.
Setidaknya ada dua perbedaan yang ditemui oleh Usman terhadap Komunitas Guru Belajar (KGB):
1. Memiliki praktik baik
"Praktik yang baik itu adalah ciri khas dari komunitas ini,” ujar Usman. Misalnya, proses pembelajaran pelajaran sejarah yang sering dianggapnmembosankan para siswa.