KOMPAS.com - Saat ini, salah satu tantangan di dunia pendidikan Indonesia adalah rendahnya kemampuan literasi dasar di mana anak-anak masih tertinggal dari negara-negara tetangganya di wilayah ASEAN.
Hal ini nampak dalam studi internasional yang menguji dan membandingkan prestasi anak-anak sekolah di seluruh dunia (PISA, 2015 ; PIRLS, 2011 ).
Meski demikian, program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi) di akhir tahun 2019 mencatat dengan model pelatihan pedagogi tepat, kompetensi guru bisa menjadi lebih baik dan kemampuan literasi siswa terbukti bisa meningkat.
Hal ini adalah berdasarkan studi akhir pelaksanaan program peningkatan mutu pembelajaran yang dilakukan Inovasi di Provinsi NTB, NTT, Kalimantan Utara, dan Jawa Timur.
Presiden Joko Widodo dalam kerangka pembangunan SDM unggul mengatakan kemampuan dasar anak-anak Indonesia harus terus dibangun, dan kemampuan literasi, matematika, dan sains akan menjadi pijakan bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan anak di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Baca juga: Upacara Hari Guru Nasional, Nadiem Bicara Soal Merdeka Belajar dan Guru Penggerak
Kemampuan literasi ini menjadi pondasi untuk semua pembelajaran yang menjadi prasyarat kecakapan hidup abad ke-21.
Secara sederhana, tidak mungkin mempersiapkan anak-anak muda menghadapi dunia kerja di masa mendatang apabila tidak lebih dahulu mendapatkan dasar kuat di bidang literasi dan numerasi di kelas-kelas awal SD yang menjadi jenjang awal dari pendidikan dasar sembilan tahun.
Anak-anak yang belum memiliki kemampuan literasi baik akan cepat tertinggal dari teman-temannya di seluruh bidang pembelajaran, dan ketimpangan ini semakin melebar seiring waktu.
Dalam proses pembelajaran di kelas, peran guru sangat besar dalam pencapaian prestasi siswanya.
Inovasi, program kemitraan pemerintah Australia dan Indonesia sejak tahun 2016, berupaya memahami cara-cara yang berhasil maupun yang tidak berhasil meningkatkan hasil belajar siswa, di 17 kabupaten yang ada di empat provinsi.
Pada periode September 2018-Juli 2019, sebanyak 54 program dengan berbagai tema intervensi dilaksanakan, yaitu literasi kelas awal, kepemimpinan sekolah, kelas rangkap, transisi bahasa ibu di kelas, serta pendidikan inklusif-disabilitas dan keterlibatan masyarakat.
Berdasarkan hasil pelaksanaan program, Inovasi mencatat beberapa hal terkait kualitas pengajaran dan hasil pembelajaran:
Tiga masalah utama yang berkontribusi terhadap rendahnya hasil belajar siswa untuk literasi, yaitu:
1. Kurikulum tidak memuat aspek mengajar membaca untuk siswa kelas awal, dengan asumsi anak yang terdaftar di SD sudah bisa membaca.
2. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengajarkan literasi di kelas awal; dan