Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

Pendidikan yang Tak Hanya Mencerdaskan

Kompas.com - 08/01/2020, 14:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kebiasaan membaca, dan juga menuliskan segala hal, ternyata dalam rentang waktu yang panjang telah membangun peradaban yang mengenal apa itu ilmu, kebijaksanaan, pendidikan formal, dan apa itu karya sastra yang menginspirasi dinamika kehidupan, karya dokumenter/ dokumentasi.

Hal in kemudian mengilhami media-media cetak yang kemudian bertransformasi ke multi-media digital. Membaca memang merangsang rasa ingin tahu yang lebih besar.

Membaca adalah sebuah ‘”Aha!”….

Visi holistik pendidikan Lee Kwan Yew

Negeri kita memiliki tradisi tulisan (termasuk membaca tulisan-tulisan) yang jauh lebih panjang, tetapi sayang sekali anak-anak muda kita lebih menyukai apa yang menyenangkan telinga dan mata mereka.

Dan itu jelas bukan tulisan, melainkan gambar bergerak, grafik interaktif, asisten digital dengan kecerdasan buatan yang bisa diajak ngobrol.

Bila disrupsi di dunia industri telah mempertanyakan kemana perginya kapal-kapal layar, tidakkah kita ingin mempertanyakan juga kemana perginya buku-buku di keseharian anak-anak muda di negeri ini?

Bagaimana mungkin kita berharap mereka mengubah dunia bila mereka tidak diajak berimajinasi dan berwawasan luas melalui buku-buku yang mereka baca.

Prof. Bertil Andersson, Rektor Nanyang Technological University (NTU) mengingat bagaimana di awal kemerdekaan Singapura, Lee Kuan Yew sadar tanah airnya tak memiliki apapun untuk diolah.

Lee Kuan Yew telah memfokuskan daya upayanya membangun sebuah sistem pendidikan universal yang secara langsung menyediakan angkatan kerja bagi program industrialisasi Singapura yang sekaligus bertujuan menekan jumlah pengangguran pada waktu itu.

Hal lain diingat Andersson adalah begitu holistiknya visi Lee Kuan Yew hingga sempat terpikir bahwa untuk mewujudkan sistem pendidikan universal yang masif perlu satu armada besar guru-guru profesional, serta lembaga pendidikan tinggi yang kompetitif secara internasional.

Kuantum "from zero to hero"

 

Dengan begitu, Lee Kuan Yew membuat sebuah loncatan kuantum yang mengubah Singapura ‘from zero to hero’ persis sesuai visi dan impiannya, sebuah negara industri tanpa melalui sekuens bercocok tanam terlebih dahulu.

Cara berpikir dan logika cerdas Lee Kuan Yew tampaknya menjadi platform dalam mempersiapkan sebuah sistem pendidikan yang sangat unggul di dunia saat ini.

Algoritma yang sama ditularkan terus menerus dengan penyesuaian tuntutan jaman hingga ke hari ini.

Ke empat belas siswa Indonesia yang saya sebut tadi sedang melangkahkan kaki ke kawah itu, dan bersabarlah sedikit.

Sepuluh atau lima belas tahun yang akan datang bolehlah kita berharap, nama-nama mereka akan terdaftar di berbagai buku paten di seluruh dunia.

Beberapa bahkan mungkin akan menjadi CEO perusahaan-perusahaan global, dan bisa jadi sebagian lainnya menjadi pimpinan pemerintahan. Bila itu terjadi, mereka memiliki apapun yang diperlukan untuk mengubah dunia.

Semper fi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau