Selain terlibat dengan Arda dalam kegiatan seperti kampanye "Zero Straw", komunitas-komunitas tersebut juga membuat kegiatan seperti "Cross Culture" di dalam perpustakaan.
Dalam kegiatan ini, masyarakat yang terlibat diajak saling mengenal budaya luar melalui budaya dalam negeri.
"Misalnya, mengadopsi Halloween barat menjadi Halloween Timur. Ada juga yang membuat batik jumputan dengan motif-motif khas luar negeri, seperti Menara Eiffel," kata Arda.
Tak hanya komunitas saja, namun Arda juga menggandeng mahasiswa untuk terjun ke masyarakat. Salah satunya mendekatkan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan kebutuhan warga di sekitar tempat tinggalnya.
Hal ini sekaligus menjawab keresahan terkait banyaknya PKM berkualitas yang tidak pernah sampai ke masyarakat. Arda coba menjembatani itu semua.
Contohnya, pembuatan PKM Kompor Alai atau Kompor Anti Lalai. Kompor karya mahasiswa Teknik Elektro UMY tersebut adalah kompor yang bisa memberikan peringatan dini melalui gawai.
Disitu, ibu-ibu PKK menjadi subyek sosialisasi kompor tersebut. Bagi Arda, mampu menyentuh masyarakat secara langsung di tengah rutinitas melayani sivitas akademika menjadi sesuatu yang luar biasa.
Menurut dia, hal tersebut hanya dapat dijangkau dengan menghidupkan komunitas-komunitas di perpustakaan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan