Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

Lionel Messi dan Tantangan Gantikan UN 2021 dengan Kompetensi dan Karakter

Kompas.com - 20/01/2020, 20:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Prof. Muchlas Samani

KOMPAS.com - Mendikbud Nadiem Makarim telah memastikan UN 2020 akan menjadi UN terakhir. Ujian Nasional (UN) 2021 akan diganti dengan uji kompetensi dan survei karakter.

UN yang berbasis konten dipandang tidak lagi cocok dengan kebutuhan anak-anak menghadapi masa depan, sehingga harus diganti dengan uji kompetensi.

Dengan kompetensi, siswa diharapkan akan dapat belajar sendiri apa yang dia perlukan dalam kehidupannya. Begitu kira-kita ungkapan yang saya dengar, ketika beberapa teman membahas kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

Apa yang dimaksud kompetensi? Ternyata, sama dengan apa yang sering disebut dengan istilah 4C (critical thinking, creativity, communication, collaboration).

Kadang ditambah satu C lagi, yaitu confident, sehingga menjadi 5-C. Ditambah satu C lagi, yaitu curiosity, sehingga menjadi 6-C.

Bahkan ada yang menambahkan 1-P, yaitu problem solving, dan 1-E, yaitu empathy, sehingga menjadi 6C+1P+1E.

Kemampuan personal dan sosial

Jika ditelusur, aspek-aspek kompetensi tersebut telah disebut Tony Wagner (2007) dalam buku The Global Achievement Gap, dan diberi istilah the survival skills.

Bernie Trilling dan Thomas Fadel (2009) menyebutnya dengan istilah 21st century skills for live in our time. The Economist-Intelligence Unit menyebutnya dengan istilah the future skills.

Kemendikbud (2003) dalam Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education) menyebut kemampuan seperti itu dengan istilah generic skills.

Walaupun menggunakan istilah berbeda-beda, tetapi intinya sama, yaitu kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi kehidupan, apapun profesinya.

Penelitian Samani dkk (2014) yang menggabungkan berbagai konsep dan memverifikasi di lapangan, menyimpulkan dua kemampuan pokok yang diperlukan dalam kehidupan.

Pertama, memecahkan masalah secara kreatif (solving problem creatively). Kedua, hidup bersama di masayarakat secara harmonis (living together in a harmony).

Kemampuan pertama disebut personal skills karena diperlukan setiap orang walaupun dalam keadaan sendiri.

Kemampuan kedua disebut social skills karena diperlukan ketika yang bersangkutan bekerja dan atau hidup berkelompok.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau