Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

Futurismo, Bisakah Kita Percaya pada Kecerdasan Buatan?

Kompas.com - 30/01/2020, 19:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Seperti sudah lazim diketahui, divisi konsuler di kedutaan atau konsulat di negara-negara maju memakai assessment berlapis, termasuk melihat semua akun sosmed kita.

Akhirnya, berdasarkan asesmen ke semua sosmed kita, algoritma mesin AI memutuskan menolak aplikasi visa kita, padahal selama ini dengan mekanisme lama tanpa AI kita sudah keliling dunia tanpa kena masalah penolakan visa. Salah siapa?

Di satu sisi, peran AI sangat besar dalam mempercepat lahirnya jawaban ataupun rekomendasi-rekomendasi terkait bisnis kita, kesehatan kita, rencana perjalanan kita, bahkan tak lama lagi dunia olah raga dan para atlit pun sudah bisa merasakan dahsyatnya peran AI dalam ‘men-training’ mereka menghadapi calon lawan.

Beberapa pialang saham bahkan sudah sangat tergantung pada rekomendasi mesin AI dalam bots mereka: saham apa yang layak mereka beli, kapan dan di angka berapa.

Meski begitu, AI memiliki kontradiksi sendiri bagi sebagian situasi dan kondisi kita. Seperti contoh di atas, tiba-tiba saja eksistensi kita dan karakteristik seperti apa kita ditentukan oleh rumus-rumus yang mungkin tak pernah kita pahami.

Menunggu AI menjadi lebih ‘human-friendly’?

Tak ada yang tahu persis kapan sebaiknya kita menunggu sampai AI benar-benar bisa diandalkan untuk segala hal terkait kehidupan dan aktivitas keseharian kita.

Belum lama ini pabrikan pesawat Airbus merilis hasil uji coba pesawat mereka take-off dan landing dengan dikendalikan sepenuhnya oleh AI.

Pilot, ko-pilot dan teknisi berada di kokpit hanya untuk berjaga-jaga bila sistem AI gagal. Kapan – menurut hemat para pembaca – kita benar-benar bersedia menyerahkan kendali kokpit sepenuhnya pada AI? Musuhnya tak hanya sistem malfunction, tetapi yang lebih sangar lagi, gravitasi!

Jadi, kapan kita benar-benar bisa menyerahkan penerbangan kita kepada algoritma AI? Masihkah kita ingat kepada Elaine Herzberg – yang mungkin tak pernah tahu apa yang menghantamnya saat menuntun sepedanya menyeberang jalan empat lajur di Tempe, Arizona di bulan Maret 2018?

Sebuah mobil autonomous Uber dalam mode uji coba self-drive dengan seorang sopir duduk di belakang kemudi menghantamnya yang sekaligus membunuhnya malam itu.

Diberitakan bahwa sistem object recognition Uber gagal secara presisi mengidentifikasi objek yang melintas di depannya, dan sangat terlambat bagi sopir untuk melakukan override (pengambil-alihan kendali) ke kemudi manual.

Sejak insiden itu, uji coba Uber yang dimulai sejak tahun 2016 pada akhirnya dihentikan. Saya yakin apa yang menimpa Uber ini menjadi bahan pembelajaran serius para pegiat autonomus cars dan AI engineer.

Semoga – seperti harapan khalayak banyak yang tak pernah ‘kepo’ bagaimana AI melakukan pekerjaannya – suatu hari nanti AI benar-benar more-human rather than more-machine, dan dapat kita andalkan dalam membantu menjalani peziarahan hidup di dunia ini dengan lebih baik.

Semper Fi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com