Seluruh kejadian yang lantas kita rasakan, bukan untuk dihakmiliki. Melainkan dirasakan. Dia mengejawantah dalam serbaneka rasa. Kita belajar mengenali kehadiran-Nya berdasar perjalanan rasa yang seperti tiada ujung pangkalnya itu.
Jika rasanya membahagiakan, maka kita bersyukur. Andai sebaliknya, kita tersungkur meminta ampun. Menyerah kalah. Pasrah pada bandul takdir yang akhirnya kita namai nasib.
Lantaran kita diturunkan dari dimensi ketiadaan, mestinya kehilangan musykil terjadi. Sebab bagaimana ketiadaan bisa mengalami kehilangan?
Sampai di sini saya harap Anda mafhum harus apa dan bagaimana. Semoga risalah sederhana yang kami hadiahkan ini berguna bagi saudara sekalian dalam mengarungi samudera misteri kehidupan jagat manusia.
Tawanan Waktu
Sejak diciptakan nun jauh nian di belakang sana, lantas dibentangkan sejauh yang tak terbayangkan kita, waktu tetap menjadi misteri tiada tepermanai. Ia berbiak dalam ingatan manusia sebagai kenangan.
Menggilas yang telah lalu. Memeram masa datang pada saat ini, dengan ketidakpastian. Ya, itulah satu-satunya kepastian bagi kita.
Waktu yang tidak dianugerahi rasa, mengajari kita makna ketiadaan yang diadakan dalam ketakberadaan.
Ia jua lah nasihat terbaik manusia dalam kehidupan. Semua yang sudah terjadi, kembali dalam kehampaan.
Segala yang semula hampa, ia wujudkan dalam kejadian. Kelak nanti waktu disembelih Israfil, paripurnalah panggung penciptaan. Awal-Akhir menyatu padu. Noktah keabadian kembali ke Tuhan.
Maka selama ada kesempatan, pergilah beranjangsana. Bukan sekadar makan-minum dan bersenang bersama di pusat belanja atau kafetaria, tetapi saling mengingatkan betapa waktu hidup kita semakin singkat.
Maka dari itu, jalinlah persaudaraan. Barangkali lain waktu kita takkan bertemu lagi dengan mereka. Usia itu laksana embun. Dipakai atau tidak, akan tetap mencair dan sirna.
Jalani hidup ini dengan ceria, sabar dan santai. Terimalah apa yang bahkan tak pernah kita minta dari-Nya. Jangan mau menang sendiri, sementara orang lain selalu salah.
Buanglah sifat egois dan iri hati. Jangan nafikan saudara cuma karena tak seiya sekata. Satu keburukannya, bukan berarti hilang banyak kebaikan yang pernah ia lakukan pada kita.
Terimalah kekurangan dan kelebihan siapa pun, maka mereka akan melakukan hal yang sama untukmu. Bertemanlah dengan apa adanya, bukan karena ada apanya.