KOMPAS.com - FISIP UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta) menggelar seminar "The 2nd International Conference on Social Work (ICSW) dengan tema Social Work: A Catalyst for Change and Social Cohesion in Diverse Society" di Jakarta (29/2/2020).
Guru Besar pertama bidang pekerjaan sosial di Indonesia Prof. Adi Fahrudin menyampaikan gelaran ini beranjak dari harapan agar profesi dan profesi pekerja sosial dapat penggerak dalam menciptakan harmoni sosial di masyarakt yang majemuk.
"Kita berharap ilmu dan profesi pekerja sosial dapat memerankan sebagai katalis untuk melakukan perubahan. Kita membahas isu bagaimana kita dapat membantu
Konferensi internasional menghadirkan beberapa pembicara dari berbagai universitas dalam dan luar negeri, di antaranya; Prof. Mechthild Wolff dan Prof. Sigrid Annemarie Bathke (University of Applied Sciences Landshut, Jerman).
Turut menyampaikan makalahnya, Prof. Azlinda Azman (USM Malaysia), Prof. Ismail Baba (Visiting Professor, Sophia University, Tokyo, Jepang) dan Prof. Jae Sung Choi (Yonsei University. Korea Selatan).
Baca juga: Rektor UMJ: Keadilan dalam Capaian Keadilan Sosial
Ketua Panitia ICSW 2020, TriaPatrianti menjelaskan bahwa ICSW ke-2 ini sangat menarik minat para peserta dari berbagai perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri, untuk hadir mempresentasikan gagasan dan hasil penelitian mereka.
Terkait tema ICSW 2020, Prof. Adi Fahrudin, FISIP UMJ menyatakan pekerjaan sosial merupakan katalisator, yaitu profesi yang dapat merekatkan kembali hubungan yang selama ini terpecah.
“Hubungan antar manusia yang terlihat pada masyarakat sekarang, menunjukkan gejala yang tidak harmonis. terpecah-pecah. Oleh karena itu, profesi Pekerjaan Sosial harus menjadi pelopor dalam menciptakan perubahan sosial yang positif, progresif, yang tidak menimbulkan destruktif," ujar Prof. Adi.
Prof. Azlinda Azman Universitas Sains Malaysia mengatakan bahwa tantangan profesi kerja sosial sebagai agen perubahan dalam masyarakat yang berbeda dengan pendekatan signifikan.
"Ini dimungkinkan karena pekerja sosial yang kompeten harus memiliki nilai-nilai, keterampilan, dan metode profesional dalam bekerja dengan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat," ujar Prof. Azlinda.
Ia menjelaskan filosofi utama dari disiplin kerja sosial adalah menuju meningkatkan fungsi sosial masyarakat. "Memberdayakan masyarakat untuk membuat atau memenuhi perubahan yang diinginkan Mendukung masyarakat dalam mencapai kesejahteraan yang lebih baik," ujarnya.
Salah satu tantangan besar prodi Kesejahteraan Sosial adalah masih adanya pandangan yang salah di masyarakat dalam membedakan pekerja sosial dan pekerja sukarela.
"Kita ingin masyarakat tahu pekerjaan sosial adalah disiplin ilmu dan profesi yang dipelajari di perguruan tinggi. Bukan berarti orang yang melakukan kebaikan disebut 'pekerja sosial'. Jadi pekerja sosial ya harus lulus S1 dan lulus uji kompetensi," jelas Prof. Adi.
Dengan demikian, tambahnya, pekerja sosial juga akan mendapatkan bayaran secara layak dan profesional, bukan seadanya atau sukarela.
"Yang terpenting layanan sosial yang diberikan kepada masyarakat diselenggarakan dengan ditopang keilmuan dan profesi sehingga bagus," tutup Prof. Adi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.