Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Pemerintah dan Masyarakat Jepang Redam Perluasan Wabah Corona

Kompas.com - 20/03/2020, 21:16 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

  • Sakit tidak boleh langsung ke dokter/rumah sakit, melainkan harus konsultasi terlebih dahulu via telepon dan reservasi antrian di telepon menjadi penting.
  • Kalau memiliki gejala batuk, demam, pilek, salesma dan influenza diminta untuk tidak datang langsung ke dokter atau rumah sakit, melainkan harus beristirahat di rumah, atau semi-isolasi sendiri.
  • Jika demam di atas 37.5 derajat nya tidak turun setelah 4 hari walaupun sudah diberi obat penurun panas, yang bersangkutan harus menelpon hotline virus corona untuk tindakan selanjutnya, yaitu untuk dites.
  • Batasan 4 hari menjadi hanya 2 hari untuk usia > 60 tahun, ibu hamil, dan orang yang punya penyakit lain.

14. Terkait dengan fasilitas usia lanjut (panti jompo, pondok aktivitas lansia, dan lainnya), staff diwajibkan untuk mengukur suhu tubuh sebelum pergi bekerja dan pada saat tiba di tempat kerja, serta melaporkannya. Juga, kunjungan diminimalisir. Pengantar pun harus diukur suhu badannya.

15. Penggunaan masker masih disarankan secara general oleh publik. Terutama dikarenakan itu adalah bagian dari kultur, bagian dari etiket, serta selain Covid-19, secara bersamaan Jepang berada di akhir musim influenza dan di awal musim hay fever, sehingga memang jadwalnya sebagian besar warga Jepang memakai masker.

16. Jika tidak menggunakan masker, bersin dan batuk haruslah menggunakan etiket yang ditetapkan dan diajarkan di sekolah (yaitu ke siku/pundak), dan kini semakin ditegakkan.

17. Kampanye cuci tangan menggunakan sabun yang selalu ada, diperkuat.

Baca juga: Bagaimana Singapura Tangani Virus Corona, Ini Rekomendasi Ilmuwan Diaspora Indonesia

Rekomendasi ini dirangkum oleh I-4 Jepang yang terdiri dari:

  • Dr. Satria Zulkarnaen Bisri (RIKEN),
  • Dr. Miftahul Huda (Tokyo Inst. Tech.),
  • Dr. Rizkina Juwita (Tokyo University of Agriculture),
  • Prof. Muhammad Aziz (University of Tokyo),
  • Prof. Wuled Lenggoro (Tokyo University of Agriculture & Technology),
  • Dr. Dedy Eka Priyanto (KPMG Japan),
  • Prof. Davin Setiamarga (National Institute of Technology, Wakayama College),
  • Dr. Sastia Prama Putri (Osaka University),
  • Dr. Nur Alia Oktaviani (RIKEN),
  • Dr. Mizan Bustanul Fuady Bisri (United Nation University)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com