Apakah Sistem 1 hanya berfungsi dalam keadaan mendesak? Tentu tidak.
Baca juga: GridKids, Website Informasi dan Hiburan Ramah Anak dari Kompas Gramedia
Sehari-hari pun kita sering mengandalkan Sistem 1: saat mengerjakan beberapa hal bersamaan (multitasking), saat mengerjakan hal-hal yang telah terinternalisasi, dan sebagainya.
Pada dasarnya, kita tidak mau berpikir ribet untuk segala hal, sehingga untuk banyak hal yang bisa dilakukan dengan pemikiran minimal, Sistem 1 dapat kita andalkan.
Namun, Sistem 1 "digentayangi" berbagai jebakan, di antaranya bias jumlah kecil, bias jangkar, stereotip, kepercayadirian berlebih, dan ilusi validitas.
Jebakan-jebakan itu dapat terhindarkan manakala kita menggunakan Sistem 2.
Apakah dengan demikian kita mesti senantiasa melambat?
Keadaan tidak selalu memungkinkan kita untuk itu. Sistem 2, pada titik tertentu, rupanya dapat diinternalisasi dengan baik sehingga menjadi Sistem 1.
Misalnya, sekarang kita bisa naik sepeda dengan mudahnya, tetapi sewaktu kecil dulu menyeimbangkan tubuh di atas dua roda sama sekali bukan perkara mudah. Begitulah pikiran kita bekerja.
Buku lain yang dapat membantu mengurai cara berpikir kita adalah dua karya Rolf Dobelli: "The Art of Thinking Clearly" (KPG, 2014) dan "The Art of the Good Life" (KPG, 2019), serta "Batas Nalar" (KPG, 2004) hasil penelitian psikolog Donald B. Calne.
Dobelli banyak memakai teori Kahneman-Tversky dalam paparannya tentang 99 sesat pikir dan filosofi hidup klasik abad 21.
Sementara Donald B. Calne menjelaskan kepada kita peran nalar terkait rasionalitas dan pengaruhnya pada perilaku manusia.
Keempat buku ini sempat menjadi bacaan rekomendasi Science Underground 2020 di Teater Utan Kayu dengan tema “Jebakan Berpikir” dan pembahas Andhyta F. Utami. Rekaman diskusi akan ditampilkan selengkapnya di kanal Youtube Penerbit KPG dan Siapabilang.com.
Penulis: Udji Kayang A. S, Kepustakaan Populer Gramedia
Tautan buku dan penulis: