Saat anak kesulitan mengerjakan tugas atau mendapatkan nilai tak sesuai ekspektasi, hindari untuk merendahkan harga diri anak, seperti "kok segitu saja enggak bisa? Si A saja bisa, lho" atau "kamu sih malas belajar".
Pilihlah kata-kata yang dapat menciptakan efek positif di masa mendatang.
Misalnya, "andai kamu enggak ragu-ragu tanya kepada guru, lebih mudah mengerjakan tugasnya, ya Nak!" atau "seandainya lebih sering berlatih soal, bisa dapat hasil lebih baik."
Mengajarkan anak untuk terbiasa dan tidak malu mengakui kesalahan akan membuatnya tumbuh sebagai pribadi yang terus memperbaiki diri. Bukan sebaliknya, menjadi pribadi yang gengsi mengaku salah bahkan menimpakan kesalahan pada orang lain.
Baca juga: Pesan Mahasiswa Brawijaya yang Sembuh dari Covid-19: Corona Bukan Aib
Untuk itu, langkah terpenting selanjutnya ialah bantu anak memahami bahwa kesalahan harus diakui, bukan dihindari, dan bisa diperbaiki.
Caranya, jadilah orangtua yang juga mampu mengakui kesalahan dan memperbaikinya.
Misalnya dengan berkata, "Ayah juga dulu sering menunda-nunda PR, tapi jadi repot sendiri dan malu diingatkan terus sama guru. Akhirnya, kerjakan sedikit-sedikit, lama-lama beres juga."
Intinya, agar anak menjadi pribadi yang lebih baik, kuncinya bukan bagaimana orangtua mendidik anak agar sama sekali tak lakukan kesalahan. Melainkan ajarkan anak bagaimana mengakui dan memperbaiki kesalahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.