KOMPAS.com - Karena cinta yang begitu besar kepada anak, sering kali orangtua lebih fokus untuk memperbaiki kesalahan anak, ketimbang memujinya.
Misalnya, saat anak melakukan aktivitas mewarnai. Tanpa sadar orangtua berkata "Kok, warnanya enggak rata gitu?" atau "Kenapa keluar garis?"
Padahal, selain dari kesalahan, anak juga belajar dari apresiasi atau pujian atas kegiatan yang dilakukannya.
Merangkum Keluarga Kita, platform parenting yang dibentuk oleh praktisi pendidikan Najelaa Shihab, membiasakan komunikasi positif lewat pujian sederhana akan meningkatkan kualitas hubungan orangtua dengan anak.
Baca juga: Orangtua Beri Iming-iming Agar Anak Mau Belajar, Bolehkah?
Pujian yang bermakna juga mampu meningkatkan rasa percaya diri anak dalam melakukan atau belajar sesuatu.
Untuk bisa menjadikan pujian lebih bermakna, orangtua juga butuh latihan.
Hindari pujian yang sekadarnya agar anak terhindar dari haus pujian tanpa makna.
Berikut bentuk pujian tepat agar anak lebih termotivasi untuk belajar dan memperbaiki diri, merangkum laman Keluarga Kita.
Iringi pujian dengan gambaran kepuasan yang akan anak dapat setelah ia melakukan kewajiban belajar, misalnya:
"Wah, senangnya sudah selesai 2 dari 3 tugas. Yuk, sedikit lagi. Kalau sudah selesai, lega rasanya, ya!"
Baca juga: Agar Anak Kompeten, Najelaa: Beri Anak Umpan Balik, Bukan Nilai
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.