Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/04/2020, 14:06 WIB

KOMPAS.com - Sudah lebih dari satu bulan proses belajar dilakukan dari rumah. Tak adanya teman sekelas serta guru, bisa menjadi beberapa faktor yang membuat semangat belajar anak menjadi naik turun.

Memberikan anak iming-iming atau menyogok anak dengan barang atau diwujudkannya harapan saat anak menolak belajar atau mengerjakan kewajibannya bisa saja menjadi jalan pintas. Sayangnya, kebiasaan kasih sogokan bisa menimbulkan hasil yang kurang baik.

Melansir Keluarga Kita, komunitas parenting yang didirikan oleh psikolog dan praktisi pendidikan Najelaa Shihab, menyogok anak agar mau menyelesaikan tugasnya merupakan penerapan disiplin yang keliru.

Penerapan disiplin dengan sogokan akan memberikan dampak negatif dalam jangka panjang, yakni anak berperilaku baik dan bertanggung jawab karena ada harga yang dibayar.

Baca juga: Agar Anak Kompeten, Najelaa: Beri Anak Umpan Balik, Bukan Nilai

"Banyak orangtua, orang dewasa lain seperti kakek nenek, om tante, senang menyogok. Alasannya? Anak jadi mau cepat nurut dan enggak pake konflik atau drama. Ternyata, dampak sogokan sama dengan dampak memberi hukuman," papar Najelaa.

Efek buruk sogokan

Menyogok, lanjut Najeela, akan membuat hubungan antara orangtua dan anak bagaikan transaksi bisnis semata. Sehingga tak sedikit anak yang bila diminta sesuatu oleh orangtua akan menjawab dengan "Aku dapat apa? Hadiahnya apa?"

Sogokan yang dimaksud tak melulu dalam bentuk barang. Menurut Najelaa, pujian pun bisa masuk dalam kategori sogokan. Membuat anak menjadi kecanduan.

Tak dipungkiri, ada banyak faktor yang membuat anak kehilangan semangat belajar atau mengerjakan kewajiban, namun ketimbang memberi sogokan, orangtua baiknya memahami kondisi dan alasan anak terlebih dahulu.

Setelah itu, barulah tanamkan disiplin positif secara perlahan namun konsisten, yaitu dengan cara memberikan dukungan ketimbang iming-iming.

Baca juga: 5 Cara Orangtua Membantu Anak Mengatur PR Sekolah

"Kita ingin anak-anak selalu didukung bukan hanya saat dia berhasil, tetapi pada saat dia membutuhkannya. Bahkan, pada saat dia melakukan kesalahan. Namun, orang tua yang biasa menyogok adalah orangtua yang hanya memberikan sesuatu barang atau perhatian pada saat anak sukses saja," imbuh Najelaa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+