KOMPAS.com - Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (Unair) Muhamad Nur Ghoyatul Amin menjelaskan bahwa asam lemak omega-3 pada ikan mampu mengontrol rasa lapar pada tubuh.
Peneliti bidang Food Chemistry itu menyebut, jenis ikan dengan kandungan asam lemak omega-3 tersebut antara lain ikan tuna, tenggiri, sarden, belut, bandeng, patin, dan ikan salmon.
"Makan ikan ketika waktu berbuka puasa maupun sahur dapat membantu regulasi hormon leptin dan ghrelin dalam tubuh manusia,” papar Ghoyatul seperti dilansir dari laman Unair News, Minggu (10/5/2020).
Baca juga: Universitas Pertahanan Buka Pendaftaran S1, Bebas Biaya Kuliah
Ketika hormon leptin terekspresi dalam tubuh, lanjut dia, maka hormon ghrelin yang memacu rasa lapar dapat ditekan ekspresinya. Sehingga makan ikan dapat menekan rasa lapar selama berpuasa.
Meskipun diolah dengan beberapa proses pengolahan seperti perebusan, penggorengan, pemanggangan, dan pengukusan, asam lemak omega-3 pada ikan dapat bertahan terhadap suhu tinggi hingga 180 derajat celsius.
“Kita masih dapat memanfaatkan efek dari asam lemak omega-3 terhadap rasa lapar dari ikan goreng, penyetan, semur ikan, maupun ikan kaleng. Vitamin-vitamin pada ikan tidak tahan panas, namun pada asam lemak tidak,” imbuh Ghoyatul.
Selain mampu menekan rasa lapar, ikan juga menjadi salah satu sumber gizi yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia untuk mencegah masuknya virus.
Baca juga: Daftar Perguruan Tinggi Kedinasan yang Buka Pendaftaran 8-23 Juni 2020
Ikan mengandung vitamin A, B kompleks, C, D, E, mineral seperti salinium, zat besi, zinc serta kadar lemak yang cukup tinggi, atau biasa disebut fatty fish yang memiliki kandungan asam lemak omega-3 (EPA dan DHA) yang tinggi.
Secara umum, manusia memerlukan unsur makro nutrien seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Selain itu, manusia masih membutuhkan karbohidrat, nasi, jagung, dan sayur-sayuran.
Dengan kata lain, agar asupan gizi seimbang, mengonsumsi ikan harus didampingi dengan berbagai macam sayuran, buah-buahan, biji-bijian seperti nasi ataupun jagung.
Ghoyatul juga mengingatkan agar masyarakat lebih cerdas memilih kualitas ikan yang bagus, yaitu dengan cara mengetahui lingkungan pemeliharaan ikan tersebut.
“Jangan sampai ikan-ikan diambil dari lingkungan yang berasal dari lingkungan yang terpapar polusi yang tinggi seperti logam berat dan bakteri merugikan,” pungkasnya.
Baca juga: Live IG Kompas.com: Strategi Bidik Beasiswa Luar Negeri di Tengah Wabah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.