Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membentuk Komunitas Sains Muslim Dunia dari Keluarga

Kompas.com - 10/05/2020, 18:38 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Sejarah telah menunjukan dunia Islam memberikan sumbangan besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan dunia. Peran memajukan sains ini masih terus berjalan hingga saat ini di mana peran keluarga diharapkan menjadi cikal bakalnya.

Pandangan ini mengemuka dalam seminar internasional yang digelar Mata Air dan Eduversal Indonesia via Zoom yang mengangkat tema "Bagaimana Membentuk Komunitas Sains Muslim Dunia" bersama Prof. Hadi Susanto, Matematikawan Dunia dari Indonesia, Sabtu lalu (9/5/2020).

Dalam pemaparan awalnya, Prof. Hadi menyampaikan sesungguhnya antara sains dan Islam tidak bisa berdiri sendiri.

Dikotomi atau pemisahan antara agama dan sains di masyarakat, menurutnya, terlihat dari adanya pandangan masyarakat yang melihat dunia dan akhirat sebagai dua hal yang terpisah.

"Sedikit banyak ini mencerminkan pandangan keberagamaan kita bahwa dunia dan akhirat itu dua hal yang terpisah. Agama hanya diterjemahkan sebagai ibadah mahdhah sehingga mengurus dan menyejahterakan kehidupan dunia tidak termasuk bagian dari agama dan ibadah," jelas Prof. Hadi kepada Kompas.com.

Baca juga: Ramadhan, Sains, dan Disiplin Diri

Sumbangan pengetahuan dunia Islam

Prof. Hadi lebih jauh menjelaskan dunia Islam telah memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan dunia.

Salah satu masa keemasan ilmu pengetahuan dari dunia Islam kala itu datang Baytul Hikmah atau "House of Wisdom" yang melihat peran buku kala itu sebagai hal yang sangat penting dan bernilai.

"Buku dihargai sangat tinggi. Buku punya posisi penting sehingga, bahkan menjadi salah satu syarat gencatan senjata," jelas Prof. Hadi.

Tokoh-tokoh cendikiawan Islam juga memberikan sumbangan pemikiran yang masih mempengaruhi ilmu pengetahuan dunia hingga saat ini, beberapa di antaranya yakni; Abu Ali al-Hasan Ibn al Haytam, Abu Rayham Muhammad al-Biruni, dan Abu Ali al-Hussein Ibn Sina.

"Banyak sejarawan yang menyejajarkan Haytam dengan pemikiran Newton dan Archimedes dalam hal ilmu optik," kata Prof. Hadi.

Ia menambahkan, "Ibn Sina pada level saintifik adalah salah satu tokoh besar pengetahuan dari dunia islam yang pemikiran-pemikirannya masih dipakai dalam pengembangan ilmu modern saat ini di dunia Eropa."  

Termasuk di antaranya, peran penting dunia Islam yang memperkenalkan angka "nol" dalam matematika yang sebelumnya tidak dikenal dalam perhitungan romawi.

"Bayangkan jika tidak ada angka nol, maka hingga saa ini kita akan sulit menjumlahkan angka 10 + 9, misalnya. Tentu ilmu pengetahuan tidak akan berkembang seperti saat ini," kata Prof. Hadi.

Alasan mistis dan spiritual 

Tangkapan layar Zoom seminar internasional Bagaimana Membentuk Komunitas Sains Muslim Dunia bersama Prof. Hadi Susanto, Matematikawan Dunia dari Indonesia, Sabtu lalu (9/5/2020) yang digelar Mata Air dan Eduversal Indonesia.DOK. ZOOM/MATA AIR Tangkapan layar Zoom seminar internasional Bagaimana Membentuk Komunitas Sains Muslim Dunia bersama Prof. Hadi Susanto, Matematikawan Dunia dari Indonesia, Sabtu lalu (9/5/2020) yang digelar Mata Air dan Eduversal Indonesia.

Lebih lanjut Prof. Hadi menyampaikan setidaknya ada dua alasan mengapa ilmu pengetahuan berkembang.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau