Oleh: Indah Sipahutar | Penerbit Grasindo
KOMPAS.com - Bulan Ramadan dan hari Lebaran telah terlewati, tapi hari kemenangan di tahun ini memberikan perasaan berbeda dari perayaan tahun sebelumnya.
Jika dulu kita bisa dengan mudah pergi ke kampung halaman untuk bersilaturahmi pada sanak saudara, sekarang kita hanya bisa mendengar atau melihat mereka melalui smartphone karena pandemi Covid-19.
Sayangnya, meskipun sekarang kita sudah bisa dibantu teknologi untuk terus terjalin, banyak orang yang masih belum bisa memanfaatkan secara maksimal.
Sebab, jarak fisik memang bisa membuat orang lain merasa jauh, tapi jarak perasaan adalah cobaan paling menyedihkan yang bisa terjadi pada orang yang sedang merindu.
Baca juga: Melangkah, Menyusuri Eksotis Sumba dari Rumah Saja
Contohnya saja seperti kisah anak dan ayah dari buku “Seribu Wajah Ayah”.
Novel “Seribu Wajah Ayah” bercerita tentang perasaan rindu mendalam dari ayah ke anaknya sekaligus dari anak ke ayahnya. Keduanya saling merindu, tapi tak saling mengungkapkan.
Awalnya ketika ibu meninggal saat melahirkan, ayah dan anak ini masih dapat hidup berdua dengan damai dan penuh kasih sayang.
Namun, waktu dan perasaan mengubah segalanya. Ketika sang anak dewasa, dunianya berkembang menjadi lebih luas sehingga ayahnya tak lagi jadi pusat dunianya.
Sang anak mulai sibuk dengan segala kesibukan dunia kuliah dan mulai melupakannya bahwa ada orang yang selalu menunggunya di rumah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.